Ntvnews.id, Jakarta - Menteri Luar Negeri Republik Indonesia (Menlu RI) Sugiono menilai bahwa usulan perdamaian di Gaza yang digagas oleh Presiden Amerika Serikat Donald Trump merupakan langkah yang nyata dan maju dalam upaya menghentikan konflik berkepanjangan di wilayah tersebut.
“Kita menganggap ini sebuah langkah yang konkret, yang progresif setelah sekian lama,” ujar Sugiono di Istana Negara, Jakarta, Rabu, 8 Oktober 2025.
Ia menjelaskan bahwa Indonesia sejak awal telah terlibat dalam pembahasan terkait proposal perdamaian tersebut bersama sejumlah menteri luar negeri lainnya di sela-sela Sidang Majelis Umum PBB di New York, Amerika Serikat.
Sugiono mengungkapkan bahwa dalam pertemuan tersebut, seluruh pihak sepakat mengenai pentingnya peran aktif Amerika Serikat dalam proses penyelesaian konflik Gaza. Menurutnya, proposal perdamaian yang diajukan juga telah menerima tanggapan positif dari kedua pihak yang berkonflik.
Baca Juga: Soal Atlet Israel di Kejuaraan Senam 2025, Menlu Sugiono: Tak Ada Permintaan Izin ke Kemenlu
Menlu menegaskan bahwa fokus utama Indonesia tetap pada penghentian kekerasan di Gaza serta pembukaan akses bagi bantuan kemanusiaan.
“Inti utama dari proposal itu tentu saja detail dari semua item dari proposal tersebut harus dibicarakan. Akan dibicarakan. Ini juga dalam proses negosiasi,” kata Menlu Sugiono.
Ia menambahkan bahwa Kementerian Luar Negeri terus memantau perkembangan situasi di Gaza dan berharap langkah yang diinisiasi oleh Trump dapat menjadi pintu awal menuju perdamaian yang sesungguhnya.
Baca Juga: Menlu AS Tegaskan Pengakuan Palestina oleh Negara Barat Tak Akan Hentikan Konflik Gaza
Sebelumnya, Presiden Amerika Serikat Donald Trump telah mengumumkan 20 poin rencana perdamaian yang bertujuan mengakhiri konflik di Gaza. Rencana tersebut diberi nama Comprehensive Plan to End the Gaza Conflict, atau Rencana Komprehensif untuk Mengakhiri Konflik Gaza, yang disampaikan langsung saat konferensi pers bersama Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu di Gedung Putih, Washington DC, Senin, 29 September 2025.
Dalam kesempatan itu, Trump menyebut pengumuman rencana tersebut sebagai “historic day for peace” atau hari bersejarah bagi perdamaian. Sementara itu, Netanyahu menilai rencana tersebut mampu mendukung tujuan perang Israel sekaligus memberikan harapan baru untuk mengakhiri pertumpahan darah di Gaza.
Isi rencana perdamaian Trump mencakup berbagai langkah strategis, mulai dari penghentian perang, pembebasan sandera, hingga pembangunan kembali Gaza dengan dukungan komunitas internasional.