Ntvnews.id, Washington D.C - Hasil riset Costs of War Project dari Watson Institute for International and Public Affairs di Universitas Brown mengungkapkan bahwa bantuan militer Amerika Serikat (AS) untuk Israel telah mencapai sekitar 21,7 miliar dolar AS sejak pecahnya konflik di Jalur Gaza pada Oktober 2023.
Dilansir dari Xinhua, Kamis, 9 Oktober 2025, hasil studi itu menunjukkan bahwa AS, di bawah pemerintahan Joe Biden maupun Donald Trump, telah menyepakati tambahan kesepakatan penjualan senjata dan layanan pendukung senilai puluhan miliar dolar AS. Pembayaran atas kesepakatan tersebut akan dilakukan secara bertahap dalam beberapa tahun mendatang.
Senjata yang dipasok AS disebut memiliki peran penting dalam operasi Pasukan Pertahanan Israel (Israel Defense Forces/IDF) serta Kepolisian Israel di Gaza, Tepi Barat, dan wilayah lain.
Berdasarkan studi tersebut, sebagian besar persenjataan yang kini digunakan Israel di Gaza dan berbagai kawasan di Timur Tengah berasal dari stok senjata buatan AS. Studi ini merupakan hasil kerja sama dengan Quincy Institute for Responsible Statecraft yang berbasis di Washington.
Oleh karena itu, riset tersebut menegaskan bahwa "IDF tidak akan mampu menimbulkan kerusakan yang begitu luas di Gaza atau meningkatkan aktivitas militer di seluruh kawasan itu tanpa pendanaan, persenjataan, dan dukungan politik dari AS."
Baca Juga: Mesir Pimpin Negosiasi Pembebasan Tahanan dan Gencatan Senjata di Gaza
Sementara itu, laporan pendamping memperkirakan AS telah menggelontorkan tambahan dana antara 9,65 hingga 12,07 miliar dolar AS untuk operasi militer di Yaman dan wilayah sekitarnya. Operasi ini dipicu oleh atau merupakan bagian dari dukungan terhadap aksi militer Israel sejak 7 Oktober 2023.
Dengan demikian, total pengeluaran AS di kawasan Timur Tengah selama dua tahun terakhir diperkirakan mencapai antara 31,35 hingga 33,77 miliar dolar AS, dan jumlah tersebut masih terus meningkat, sebagaimana disebutkan dalam laporan proyek tersebut.
Hingga awal September 2025, data dari Kementerian Kesehatan Gaza mencatat total 67.075 orang meninggal dunia dan 169.430 lainnya mengalami luka-luka.
Baca Juga: Peringati 2 Tahun Konflik, Israel Kembali Gempur Gaza dari Darat, Laut, dan Udara
Total korban sebanyak 236.505 orang itu mewakili lebih dari 10 persen populasi Gaza sebelum perang, "kata Costs of War Project."
Selain itu, sedikitnya 5,27 juta orang telah mengungsi atau terpaksa meninggalkan rumah mereka di Gaza, Iran, Israel, Lebanon, dan Tepi Barat sejak 7 Oktober 2023, termasuk sekitar 1,85 juta anak di bawah usia 18 tahun.
Dalam periode 2020 hingga 2024, kontraktor swasta tercatat memperoleh kontrak dari Departemen Pertahanan AS senilai 2,4 triliun dolar AS. Nilai ini mewakili sekitar 54 persen dari total pengeluaran diskresioner Pentagon sebesar 4,4 triliun dolar AS, demikian paparan Costs of War Project.