Ntvnews.id, Washington D.C - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menyatakan optimismenya bahwa gencatan senjata di Jalur Gaza yang dimulai pada Jumat, 20 Oktober 2025 waktu setempat akan bertahan lama. Menurutnya, baik Israel maupun Hamas kini telah “lelah” bertempur.
“Ini akan bertahan. Saya pikir ini akan bertahan. Mereka semua lelah bertempur,” kata Trump kepada wartawan seperti dikutip dari AFP, Minggu, 10 Oktober 2025.
Trump juga mengonfirmasi rencananya untuk melakukan kunjungan ke Israel dan Mesir pada akhir pekan ini sebagai bagian dari upaya diplomasi perdamaian Timur Tengah.
Dia menyebut akan bertemu “banyak pemimpin” di Mesir pada Senin, 13 Oktober 2025 mendatang untuk membahas masa depan Gaza yang kini hancur akibat perang berkepanjangan. Trump menambahkan, pertemuan tersebut kemungkinan besar akan digelar di ibu kota Kairo.
Baca Juga: Trump Desak Spanyol Dikeluarkan dari NATO karena Tolak Tambah Anggaran Pertahanan
Selain itu, Trump mengatakan dirinya juga akan berpidato di hadapan parlemen Israel saat mengunjungi negara tersebut pada hari yang sama.
Lebih jauh, Trump mengungkapkan keyakinannya bahwa gencatan senjata Gaza bisa menjadi langkah awal menuju perdamaian yang lebih luas di kawasan Timur Tengah.
“Sekarang kita memiliki beberapa titik panas kecil, tetapi sangat kecil... Akan sangat mudah dipadamkan. Api-api itu akan dipadamkan dengan sangat cepat,” ujar Trump.
Baca Juga: Menlu Tekankan Usulan Damai Gaza dari Trump Langkah Konkret dan Progresif
Trump sebelumnya mengumumkan pada Rabu, 8 Oktober 2025 bahwa Israel dan Hamas telah menyetujui tahap pertama dari rencana gencatan senjata Gaza yang diinisiasinya.
Rencana perdamaian Gaza versi Trump, yang diungkap pada 29 September lalu, terdiri atas 20 poin utama, termasuk pembebasan seluruh sandera Israel dengan imbalan pembebasan sekitar 2.000 tahanan Palestina, gencatan senjata permanen, dan penarikan pasukan Israel sepenuhnya dari Jalur Gaza.
Sementara itu, tahap kedua dari rencana tersebut menyerukan pembentukan mekanisme pemerintahan baru di Gaza tanpa keterlibatan Hamas, pembentukan pasukan keamanan gabungan warga Palestina dan negara-negara Arab-Muslim, serta perlucutan senjata Hamas sebagai bagian dari langkah menuju stabilitas jangka panjang di wilayah itu.