A PHP Error was encountered

Severity: Warning

Message: Invalid argument supplied for foreach()

Filename: libraries/General.php

Line Number: 87

Backtrace:

File: /www/ntvweb/application/libraries/General.php
Line: 87
Function: _error_handler

File: /www/ntvweb/application/controllers/Read.php
Line: 64
Function: popular

File: /www/ntvweb/index.php
Line: 326
Function: require_once

Titiek Soeharto: Pro-kontra Kepahlawanan Itu Boleh-boleh Saja - Ntvnews.id

Titiek Soeharto: Pro-kontra Kepahlawanan Itu Boleh-boleh Saja

NTVNews - Berita Hari Ini, Terbaru dan Viral - 12 Nov 2025, 22:15
thumbnail-author
Satria Angkasa
Penulis
thumbnail-author
Tasya Paramitha
Editor
Bagikan
Putri Presiden ke-2 Indonesia, Siti Hediati Hariyadi atau Titiek Soeharto didampingi Gubernur NTB Lalu Muhamad Iqbal usai memimpin rombongan Komisi IV DPR RI rapat koordinasi di Kantor Gubernur NTB di Mataram, Rabu 12 November 2025. ANTARA/Nur Imansyah. Putri Presiden ke-2 Indonesia, Siti Hediati Hariyadi atau Titiek Soeharto didampingi Gubernur NTB Lalu Muhamad Iqbal usai memimpin rombongan Komisi IV DPR RI rapat koordinasi di Kantor Gubernur NTB di Mataram, Rabu 12 November 2025. ANTARA/Nur Imansyah. (Antara)

Ntvnews.id, Jakarta - Putri Presiden ke-2 Republik Indonesia, Siti Hediati Hariyadi atau yang lebih dikenal dengan Titiek Soeharto, menilai bahwa perbedaan pendapat terkait penetapan gelar Pahlawan Nasional bagi ayahnya, Soeharto, merupakan hal yang wajar dalam sistem demokrasi.

“Pro kontra boleh-boleh saja, nggak apa-apa ini negara demokrasi,”
ujarnya seusai memimpin rombongan Komisi IV DPR RI dalam kunjungan kerja ke Kantor Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB) di Mataram, Rabu, 12 November 2025.

Titiek menilai bahwa sebagian besar masyarakat Indonesia juga menginginkan agar Presiden ke-2 RI tersebut memperoleh penghargaan dan pengakuan atas jasa-jasanya, meskipun tetap ada pihak yang memiliki pandangan berbeda.

“Saya rasa itu sudah jelas terang benderang nggak usah kita lanjutkan lagi,”
tutur Titiek Soeharto, yang saat itu didampingi oleh Gubernur NTB Lalu Muhamad Iqbal.

Lebih lanjut, ia mencontohkan keberhasilan pembangunan di NTB yang disebutnya tidak lepas dari kebijakan pemerintahan ayahnya, terutama dalam sektor pertanian. Menurutnya, program pembangunan infrastruktur pertanian seperti bendungan pada masa itu berhasil mengubah wilayah kering menjadi daerah subur dan berproduksi tinggi.

“Bendungan paling banyak dibangun di NTB, dari daerah kering jadi daerah subur. Jadi lumbung padi, pabrik dan sebagainya, pokoknya yang jelas daerah kering jadi lumbung padi itu berkat dari pertanian dan bendungan-bendungan yang ada, saluran-saluran irigasi dirasakan oleh semua masyarakat NTB,” terangnya.

Baca Juga: Titiek Soeharto Ucapkan Terima Kasih atas Usulan Soeharto Jadi Pahlawan Nasional

Meskipun demikian, Titiek menegaskan bahwa penetapan gelar Pahlawan Nasional untuk Soeharto bukanlah hasil campur tangan keluarga Cendana. Ia menekankan bahwa bagi keluarganya sendiri, Soeharto tetaplah sosok pahlawan, terlepas dari keputusan pemerintah.

“Buat kami, diberi gelar atau tidak, bapak adalah pahlawan buat kami (keluarga),” katanya.

Sebelumnya, Presiden Prabowo Subianto telah menetapkan gelar Pahlawan Nasional kepada sepuluh tokoh yang dinilai memiliki jasa besar bagi bangsa dan negara. Penganugerahan tersebut dilakukan sebagai bentuk penghargaan atas kontribusi mereka dalam bidang kepemimpinan, demokrasi, hak asasi manusia, serta keberpihakan kepada rakyat.

Penetapan tersebut berdasarkan Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 116.TK/Tahun 2025 tentang Penganugerahan Gelar Pahlawan Nasional yang ditetapkan di Jakarta pada 6 November 2025.

Dalam upacara penganugerahan tersebut, sepuluh tokoh yang ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional adalah:

  1. K.H. Abdurrachman Wahid (Gus Dur) – Jawa Timur
  2. Jenderal Besar TNI H.M. Soeharto – Jawa Tengah
  3. Marsinah – Jawa Timur
  4. Mochtar Kusumaatmaja – Jawa Barat
  5. Hj. Rahma El Yunusiyyah – Sumatera Barat
  6. Jenderal TNI (Purn) Sarwo Edhie Wibowo – Jawa Tengah
  7. Sultan Muhammad Salahuddin – Nusa Tenggara Barat
  8. Syaikhona Muhammad Kholil – Jawa Timur
  9. Tuan Rondahaim Saragih – Sumatera Utara
  10. Zainal Abidin Syah – Maluku Utara

(Sumber : Antara)

x|close