Gerakan Orang Tua Asuh Kemendukbangga Perkuat Upaya Pencegahan Stunting

NTVNews - Berita Hari Ini, Terbaru dan Viral - 10 Des 2025, 17:24
thumbnail-author
Naurah Faticha
Penulis
thumbnail-author
Tasya Paramitha
Editor
Bagikan
Mendukbangga/Kepala BKKBN Wihaji memberikan keterangan kepada media usai Gerakan Orang Tua Cegah Stunting (Genting) Collaboration Summit 2025 di Jakarta, Rabu, 10 Desember 2025. ANTARA/Lintang Budiyanti Prameswari. Mendukbangga/Kepala BKKBN Wihaji memberikan keterangan kepada media usai Gerakan Orang Tua Cegah Stunting (Genting) Collaboration Summit 2025 di Jakarta, Rabu, 10 Desember 2025. ANTARA/Lintang Budiyanti Prameswari. (Antara)

Ntvnews.id, Jakarta - Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (Kemendukbangga)/BKKBN mendorong para penyuluh untuk terlibat sebagai orang tua asuh dalam upaya pencegahan stunting, sebuah langkah yang dinilai penting untuk menyiapkan generasi emas Indonesia di masa mendatang.

“Seluruh kabupaten di 514 kabupaten/kota, semua ada orang tua asuhnya, ada yang dari Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), atau dari korporasi yang lain, tetapi, rata-rata penyuluh kita menjadi orang tua asuh walaupun mungkin sedikit-sedikit, tetapi mereka punya pemahaman dan rasa. Di semua daerah ada orang tua asuh dan datanya bisa kita pertanggungjawabkan,” ujar Mendukbangga/Kepala BKKBN Wihaji di Jakarta, Rabu, 10 Desember 2025.

Ia menjelaskan bahwa pemerintah memang telah menjalankan Program Makan Bergizi Gratis (MBG) guna mencegah stunting pada anak usia 0–2 tahun. Namun, berbagai faktor lain masih mempengaruhi tingginya angka stunting, termasuk keterbatasan air bersih dan buruknya sanitasi di sejumlah wilayah.

“Ada beberapa korporasi yang memberikan asupan gizi, maka, meski sudah ada MBG, ada beberapa yang memang belum di-cover di pulau-pulau terpencil yang hari ini masih membutuhkan karena ternyata ada yang butuh air bersih. Maka, ada korporasi yang membantu air bersih, PTPN misalnya, di wilayah-wilayah perkebunan dekat-dekat itu ternyata ada keluarga risiko stunting (KRS) yang butuh air bersih, PTPN membantu,” katanya.

Baca Juga: Mendukbangga Tegaskan Aksi Lapangan Jadi Kunci Percepatan Penurunan Stunting

Ia menyebutkan masih banyak keluarga yang tinggal di hunian tidak layak, termasuk rumah dengan fasilitas mandi, cuci, kakus (MCK) yang menyatu dengan ruang tidur.

“Ada beberapa yang memang salah satu sebabnya itu MCK-nya jadi satu dengan tempat tidur, dan itu menurut teori kesehatannya punya risiko stunting,” ucap Wihaji.

Melalui Gerakan Orang Tua Asuh Cegah Stunting (Genting), dukungan dari berbagai unsur pentahelix tidak hanya berupa pemenuhan gizi, tetapi juga penyediaan air bersih dan perbaikan sanitasi.

Baca Juga: Kalimantan Timur Raih ABN 2025 Berkat Inovasi Pembangunan Manusia dan Penanganan Stunting

“Kita juga mengajak perguruan tinggi memberikan edukasi kepada keluarga berisiko stunting yang kita beri pengetahuan tentang gizi, walaupun kadang-kadang, mohon maaf, ekonominya cukup tetapi kalau pengetahuannya kurang, ya tentu anaknya berisiko stunting,” jelasnya.

Lebih lanjut, ia menyampaikan bahwa dampak intervensi melalui MBG belum dapat diukur secara resmi karena Survei Kesehatan Indonesia (SKI) baru akan digelar pada tahun 2026. Meski demikian, laporan Tim Pendamping Keluarga (TPK) menunjukkan indikasi positif.

“Berdasarkan laporan para TPK, sangat kelihatan ada beberapa yang memang selama dikasih MBG untuk ibu hamil, ibu menyusui, dan balita, ternyata berat badannya naik. Kemudian, tinggi badannya juga naik, jadi secara angka berdasarkan laporan kelihatan, tetapi secara data yang bisa bertanggung jawab nanti akan disurvei tahun 2026,” tuturnya.

(Sumber: Antara) 

x|close