Ntvnews.id, Madiun - Muhammad Husni merasa bersyukur dan bangga menjadi pemasok tempe untuk dapur Makan Bergizi Gratis (MBG). Sejak mulai memasok tempe pada pertengahan Juli 2025, lelaki dengan dua anak ini menilai kehidupannya menjadi lebih baik, sekaligus membuka peluang kerja bagi tetangga-tetangganya.
“Sekarang ini dalam sehari saya bisa memasok 150 kilogram tempe. Kalau diuangkan ya sekitar satu juta lebih dalam sehari. Alhamdulillah pembayaran juga lancar,” kata Husni saat ditemui di pabrik tempenya, di Desa Mojorejo, Kecamatan Kebonsari, Kabupaten Madiun, Provinsi Jawa Timur, akhir pekan lalu.
Karena omzetnya meningkat, Husni membeli beberapa mesin untuk mempercepat proses produksi tempe. Ia juga mempekerjakan beberapa tetangga untuk membantunya membuat tempe.
“Sebagai warga yang pada dasarnya kurang mampu, saya merasa senang bisa membantu tetangga-tetangga saya sendiri,” ujar Husni.
Baca Juga: Kisah Tukang Tempe Global, dari Dapur Kecil, Ekspor ke 12 Negara, dan Layani MBG
Tak hanya itu, Husni membantu peternak sapi dan kambing di desanya dengan memanfaatkan limbah kulit kedelai dari proses pembuatan tempe sebagai pakan ternak.
“Kulit kedelai itu dipakai untuk mengganti konsentrat. Ternak mereka menjadi lebih cepat gemuk,” kata dia.
Husni juga berbagi ilmu dengan perajin tempe lainnya. Banyak yang meminta saran tentang cara meningkatkan kualitas tempe agar dapat menjadi pemasok di Satuan-satuan Pemenuhan Pelayanan Gizi (SPPG). Ia bahkan menerima tawaran untuk bekerja sama dengan perajin lain.
“Sekarang ini banyak orang nanya, bagaimana caranya jadi supplier MBG. Jadi banyak yang konsultasi,” ujarnya.
Husni berharap Program MBG terus berlanjut, karena selain meningkatkan kesejahteraannya, ia juga melihat langsung manfaatnya bagi masyarakat. Dua anaknya menjadi lebih sehat dan bersemangat bersekolah, begitu pula anak-anak tetangganya.
“Di sini kan banyak anak dari keluarga tidak mampu, jadi tidak punya uang jajan. Tapi dengan adanya MBG, semua bisa merata,” katanya.