Ngeri! Ini 3 Penyebab Utama Bocah SD Bunuh Ibu Kandung di Medan

NTVNews - Berita Hari Ini, Terbaru dan Viral - 30 Des 2025, 10:48
thumbnail-author
Dedi
Penulis & Editor
Bagikan
Ilustrasi anak depresi. (Unsplash) Ilustrasi anak depresi. (Unsplash)

Ntvnews.id, Jakarta - Kasus pembunuhan seorang ibu berinisial F (42) oleh anak kandungnya sendiri, AL (12), di Kota Medan mengungkap lapisan persoalan yang jauh lebih kompleks dari sekadar tindak kekerasan yang terjadi pada Rabu, 10 Desember 2025.

Dari hasil penyelidikan Polrestabes Medan, terungkap sedikitnya tiga faktor utama yang saling berkaitan dan mendorong terjadinya peristiwa tragis tersebut. Ketiga faktor ini membentuk rangkaian tekanan emosional yang dialami AL sebelum membunuh ibu kandungnya.

Faktor pertama yang terungkap adalah pengalaman AL menyaksikan kekerasan di dalam rumah. Polisi menyebut, AL kerap melihat ibunya melakukan tindakan kasar terhadap anggota keluarga lain.

"Pertama, melihat kekerasan yang dilakukan korban terhadap kakak dan ancaman menggunakan pisau terhadap ayah," jelas Calvijn.

Baca Juga: Anak SD di Medan Bunuh Ibu Kandung Gegara Game Online Dihapus

Situasi tersebut menciptakan lingkungan yang penuh tekanan bagi AL. Kekerasan yang berulang, baik secara fisik maupun verbal, menjadi pengalaman yang tertanam dalam keseharian anak tersebut.

Selain menyaksikan kekerasan secara umum, AL juga mengalami tekanan emosional akibat melihat kakaknya diperlakukan secara kasar oleh korban. Kekerasan tersebut tidak hanya bersifat sesaat, melainkan terjadi berulang kali.

"Kedua, melihat kakak yang dipukuli korban menggunakan sapu dan tali pinggang," ujarnya.

Pengalaman tersebut diduga memicu rasa tidak berdaya sekaligus kemarahan yang terpendam dalam diri AL. Melihat orang terdekatnya disakiti secara fisik berulang kali menjadi beban psikologis yang semakin menumpuk, terutama bagi anak seusia sekolah dasar yang belum memiliki kemampuan mengelola emosi secara matang.

Baca Juga: Kronologi Anak SD Bunuh Ibu Kandung di Medan, Gegara Game Online Dihapus

Faktor ketiga yang turut berperan adalah konflik emosional terkait kebiasaan bermain gim daring. Polisi mengungkap bahwa AL merasa sakit hati setelah permainan yang sering ia mainkan dihapus.

"Ketiga, sakit hati game online dihapus," tambahnya.

Selain itu, AL diketahui kerap memainkan gim yang menampilkan penggunaan senjata tajam serta menonton serial anime dengan adegan penggunaan pisau. Paparan tersebut diduga memperkuat gambaran kekerasan dalam pikirannya, terutama ketika emosi negatif telah menumpuk akibat pengalaman di dalam keluarga.

x|close