Saham Tesla Anjlok, Catat Penurunan Terbesar dalam 5 Tahun

NTVNews - Berita Hari Ini, Terbaru dan Viral - 12 Mar 2025, 19:38
thumbnail-author
Katherine Talahatu
Penulis
thumbnail-author
Tasya Paramitha
Editor
Bagikan
Ilustrasi. Logo Tesla. (Foto: Reuters) Ilustrasi. Logo Tesla. (Foto: Reuters)

Ntvnews.id, Jakarta - Beberapa minggu setelah kemenangan Presiden AS Donald Trump, saham Tesla melonjak hingga 479 dolar AS (Rp7,87 juta) per saham, mendorong kekayaan Elon Musk melampaui 150 miliar dolar AS (Rp2,5 kadriliun).

Namun, menurut Carscoops pada Rabu, 10 Maret 2025, situasi kini berubah drastis. Saham Tesla anjlok lebih dari 15 persen dalam satu hari, menyentuh 222 dolar AS (Rp3,6 juta), level terendah sejak Oktober.

Penurunan ini menjadi yang terburuk sejak September 2020, dengan total koreksi lebih dari 53 persen dari puncaknya di Desember. Saat artikel ini ditulis, saham turun 2,7 persen lagi ke 216 dolar AS (Rp3,5 juta), sebelum kembali naik ke 222 dolar AS (Rp3,6 juta). 

Tesla mengalami kerugian selama tujuh minggu berturut-turut hingga Jumat, 7 Maret 2025, menjadikannya penurunan terpanjang sejak perusahaan go public pada 2010. 

Baca juga: Tesla Jalin Kemitraan dengan Jaringan Restoran Cepat Saji Pasang 100 Stasiun Supercharger di AS

Kapitalisasi pasarnya anjlok drastis, kini turun hampir 800 miliar dolar AS (Rp13,2 kuadriliun) dari puncaknya pada Desember.

Investor tampaknya tidak puas dengan keterlibatan Elon Musk di pemerintahan Trump, terutama sebagai kepala Departemen Efisiensi Pemerintah (DOGE).

Awal pekan ini, Musk mengonfirmasi bahwa ia akan tetap di pemerintahan selama satu tahun lagi. Saat ditanya bagaimana ia mengelola bisnisnya, ia menjawab, “Dengan susah payah.”

Situasi semakin sulit bagi Musk setelah X (sebelumnya Twitter) mengalami serangan siber besar pada Senin, menyebabkan pemadaman sistem. Ketidakstabilan ini tentu tidak diharapkan investor.

Penurunan Penjualan

Anjloknya harga saham Tesla bukan hanya akibat keterlibatan politik Elon Musk. Data dari berbagai pasar utama menunjukkan bahwa penjualan melemah, dan permintaan mobil listrik Tesla mulai menurun.

Dalam catatan untuk klien pada Senin, 10 Maret 2025, analis UBS memperkirakan Tesla akan menjual 367.000 kendaraan di kuartal pertama tahun ini, menurut laporan Yahoo Finance.

Angka ini turun 6 persen dari 386.810 unit yang dikirim pada kuartal pertama 2024, yang sebelumnya sudah mengalami penurunan 9 persen dari 422.875 unit di kuartal yang sama pada 2023. 

Tesla Masih yang Teratas

Meski saham Tesla anjlok, perusahaan ini tetap menjadi produsen mobil paling berharga di dunia berdasarkan kapitalisasi pasar.

Pada Senin, 10 Maret 2025, nilai pasar Tesla mencapai 696 miliar dolar AS (Rp11,5 kuadriliun), jauh melampaui Ford (39 miliar dolar AS), General Motors (47 miliar dolar AS), dan VW (64 miliar dolar AS).

Sebagian besar investor melihat Tesla bukan hanya sebagai produsen mobil, tetapi juga sebagai perusahaan teknologi yang mendorong kecerdasan buatan melalui sistem mengemudi otonom dan robot humanoid.

Lantas, apakah ini hanya kemunduran sementara, atau era kejayaan Tesla sudah berakhir? Hanya waktu yang bisa menjawabnya. Namun, satu hal pasti—perjalanannya kini lebih menantang dari sebelumnya. 

(Sumber: Antara)

x|close