Teknologi Start-Stop di Mobil Baru Mungkin Akan Dilarang di AS

Ntvnews.id, Jakarta - Fitur otomatis yang mematikan mesin mobil saat berhenti, dikenal sebagai teknologi start-stop, bisa saja dilarang di Amerika Serikat (AS). 

Hal ini mencuat setelah pernyataan dari Lee Zeldin, Administrator Badan Perlindungan Lingkungan (EPA) yang baru di bawah pemerintahan Presiden Donald Trump.

Dilansir dari Drive, Jumat, 16 Mei 2025, dalam sebuah unggahan di platform X, Zeldin mengkritik teknologi ini dengan menyebutnya sebagai cara perusahaan otomotif mendapat "piala partisipasi iklim" yang tidak disukai publik. 

"EPA menyetujuinya, dan semua orang membencinya, jadi kami memperbaikinya," tulisnya, tanpa menjelaskan secara rinci bentuk perbaikannya.

Teknologi start-stop, yang bekerja dengan mematikan mesin saat kendaraan berhenti dan menghidupkannya kembali saat melaju, tidak diwajibkan di AS, tetapi membantu produsen mobil memperoleh kredit karbon untuk memenuhi regulasi emisi. 

Teknologi ini dinilai efektif menghemat bahan bakar di lingkungan perkotaan, namun dianggap kurang bermanfaat saat berkendara di jalan lancar.

Meski hemat energi, teknologi ini sering dikritik pengguna karena dianggap mengganggu kenyamanan, terutama saat pendingin udara mati saat mesin berhenti, atau karena jeda saat mesin menyala kembali.

Reaksi terhadap rencana pelarangan ini pun beragam. Seorang pengguna X yang mengaku sebagai penjual mobil menyatakan, "Hampir semua orang membencinya." 

Sementara yang lain menulis, "Saya suka menghemat bensin. Mungkin saya memang aneh."

Pernyataan Zeldin muncul di tengah dorongan deregulasi besar dari EPA. 

Dalam siaran pers bertajuk "The Great American Comeback" pada Maret 2025, EPA mengumumkan rencana pelonggaran sejumlah regulasi lingkungan, termasuk mandat kendaraan listrik, standar udara bersih, dan pelaporan emisi gas rumah kaca.