Ntvnews.id, Jakarta - Tesla, pelopor kendaraan listrik (EV) di Amerika Serikat (AS), kembali menjadi sorotan.
Sebuah RUU baru yang diusulkan oleh Partai Republik di DPR berpotensi menghapus kredit pajak federal untuk pembelian mobil listrik baru dan bekas, kebijakan yang selama ini mendorong penjualan EV secara luas.
Jika disahkan, perubahan ini dinilai akan semakin mengukuhkan dominasi Tesla, namun merugikan produsen mobil tradisional seperti Ford, General Motors (GM), serta para startup EV.
Skema Kredit Pajak Saat Ini
Saat ini, pembeli EV baru di AS bisa mendapatkan kredit pajak hingga US$7.500 (sekitar Rp123,66 jutaan), sementara pembeli EV bekas bisa memperoleh hingga US$4.000 (Rp65,95 jutaan).
Insentif ini turut didukung oleh bantuan dari beberapa negara bagian, seperti Colorado dan Massachusetts.
Namun, hanya kendaraan dengan harga tertentu dan bahan baku baterai sesuai yang memenuhi syarat, serta adanya batas pendapatan bagi pembelinya.
Salah satu faktor pendorong pertumbuhan EV adalah skema insentif ini. Misalnya, jumlah EV yang disewa melonjak dari 96.000 unit pada 2022 menjadi hampir 600.000 pada 2023, sebagian besar berkat insentif pajak yang diberikan kepada perusahaan leasing.
Ancaman bagi Produsen Otomotif Lain
Penghapusan kredit ini bisa memperlambat pertumbuhan pasar kendaraan listrik secara signifikan.
Menurut analis Cox Automotive, tanpa insentif, porsi penjualan EV bisa turun dari proyeksi 30% menjadi hanya 20% pada 2030.
Baca Juga: Nissan N7, Kendaraan Listrik Hasil Kolaborasi Tercepat yang Raih 10.000 Pesanan
Bagi produsen lama seperti GM, Ford, Toyota, hingga Hyundai, hal ini bisa menjadi pukulan telak, mengingat mereka masih berupaya menjadikan lini EV mereka menguntungkan.
Berbeda dengan Tesla, banyak pesaingnya masih bergantung pada insentif ini untuk menjaga daya saing dan kelayakan bisnis.
Startup seperti Rivian, Lucid, hingga pemain kecil seperti Slate bahkan bisa menghadapi tekanan finansial besar yang mengancam kelangsungan bisnis mereka.
Tesla Bisa Tambah Dominasinya
Meski Tesla juga akan terdampak, perusahaan ini memiliki posisi yang jauh lebih kuat. Jika pasar EV menyusut, Tesla tetap berpotensi mendominasi hampir seluruh segmen yang tersisa.
Dengan sedikit kompetisi, pangsa pasarnya bisa tumbuh jauh melampaui angka saat ini yang sekitar 45%.
"Jika kredit pajak dihapus, ini akan memperlambat adopsi EV dan merugikan industri otomotif AS secara keseluruhan," ujar Stephanie Valdez Streaty dari Cox Automotive.
"Kita sudah tertinggal dari China, kebijakan ini bisa memperburuk keadaan," tukasnya.