Produk HVO yang dihasilkan akan menjadi komponen pencampur dalam diesel dengan kualitas superior dibandingkan biodiesel FAME, serta dirancang untuk memenuhi standar tertinggi guna digunakan di negara-negara dengan empat musim, seperti pasar Eropa dan Amerika.
Sementara itu, SAF yang dihasilkan dari Green Refinery Cilacap diharapkan dapat mendukung pasokan untuk implementasi SAF dalam bahan bakar industri penerbangan, sesuai dengan Peta Jalan dan Rencana Aksi Nasional Pengembangan Industri Sustainable Aviation Fuel.
Taufik optimis, dengan kolaborasi dan komitmen semua pihak, proyek ini akan berhasil mengatasi tantangan dan menjadi contoh sukses dalam pengembangan energi berkelanjutan.
“Mari kita wujudkan masa depan yang lebih baik untuk bangsa dan negara,” ujar dia.
Proyek Green Refinery memberikan kontribusi signifikan dalam pencapaian tujuan keberlanjutan terkait penanganan perubahan iklim. Dengan mengolah minyak jelantah (UCO) menjadi bahan bakar ramah lingkungan, proyek ini tidak hanya menyediakan sumber energi terbarukan, tetapi juga berperan dalam mengurangi emisi gas rumah kaca dan pencemaran udara.
Baca Juga: Pertamina: Permintaan Bensin Naik 5 Persen Saat Nataru, Solar Turun 3,3 Persen
Inisiatif kilang hijau di Cilacap ini secara jelas menunjukkan komitmen Indonesia terhadap transisi menuju energi yang lebih bersih, serta upaya menjaga keseimbangan ekosistem demi masa depan yang berkelanjutan.