Ntvnews.id, Jakarta - Kementerian Agama RI melalui Direktorat Pemberdayaan Zakat dan Wakaf terus meneguhkan komitmen dalam membangun kolaborasi untuk pemberdayaan umat. Komitmen itu tercermin dalam kunjungan Direktur Pemberdayaan Zakat dan Wakaf, Prof. Dr. H. Waryono, S.Ag., M.Ag., dalam agenda DonaTour Nyaba ka Lembur yang digelar oleh Rumah Zakat di Desa Cisande, Sukabumi, Minggu (29/6).
Lebih dari sekadar kunjungan, kehadiran Prof. Waryono merupakan bentuk apresiasi dan penguatan terhadap praktik terbaik pemanfaatan zakat sebagai instrumen transformasi sosial. “Zakat bukan hanya ibadah, tapi juga instrumen pembangunan. Desa Cisande membuktikan bahwa zakat yang dikelola dengan baik bisa menjadi solusi kebangkitan ekonomi umat,” ujarnya dalam sambutan.
Desa Cisande kini menjelma sebagai ikon pemberdayaan dan desa wisata berbasis komunitas. Bersama Rumah Zakat dan mitra strategis seperti Bank Indonesia, Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), serta Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Cisande tumbuh menjadi model sinergi multi-sektor. Desa ini bahkan masuk 50 besar Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI), menyisihkan 1.861 desa lain dari seluruh nusantara.
Transformasi Cisande dimulai sejak 2016 lewat inisiatif para tokoh lokal seperti Kang Maman dan Irvan Nugraha, yang memulai dari kegiatan sosial menuju pemberdayaan sistemik. Saat ini, sekitar 2.000 UMKM dan 300 BUMDes telah mendapatkan pendampingan, sementara lebih dari 1.700 warga menerima intervensi sosial dan ekonomi secara langsung.
Salah satu inovasi kunci yang diapresiasi Kementerian Agama adalah pembentukan BUMMas (Badan Usaha Milik Masyarakat) Anugerah Tani Cisande, yang mengelola berbagai lini usaha, mulai dari jasa wisata, agrowisata, event organizer, hingga konsultan desa wisata. Sebanyak 10% dari keuntungan usaha BUMMas dialokasikan untuk kegiatan sosial, menjadikannya contoh praktik ekonomi berbasis zakat dan impact investing.
“Cisande adalah laboratorium pemberdayaan. Kami berharap desa ini bisa menjadi role model untuk Kampung Zakat di berbagai daerah,” ungkap Prof. Waryono, seraya mendorong peran aktif Kepala KUA dalam mengawal program-program pemberdayaan berbasis zakat, wakaf, dan ekonomi kreatif di tingkat lokal.
Kegiatan DonaTour sendiri dirancang interaktif. Para peserta diajak menyusuri berbagai titik pemberdayaan seperti pesawahan, homestay, industri makanan tradisional, anyaman bambu, melukis caping, hingga river tubing dan botram. Tak hanya pelesiran, tetapi juga pengalaman edukatif tentang nilai-nilai lokal dan kemandirian sosial.
Tercatat, sepanjang 2024, Desa Cisande dikunjungi lebih dari 16.000 orang, dengan 5.000 pengunjung tercatat hingga pertengahan 2025 ini. Lebih dari 25 sekolah rutin melakukan kunjungan lapangan setiap bulannya. Sebanyak 50 unit homestay telah dikelola warga, membuka peluang usaha dan lapangan kerja baru.
Dalam sesi sharing bersama CEO Rumah Zakat dan relawan, Prof. Waryono menyampaikan apresiasi mendalam kepada para muzaki yang telah berkontribusi. “Doa para mustahik untuk para muzaki adalah harta yang tak ternilai. Ini yang membuat ekosistem zakat semakin hidup dan penuh keberkahan,” tuturnya.
Melalui momentum ini, Kementerian Agama kembali menegaskan bahwa pemberdayaan melalui zakat bukan sekadar wacana, tetapi gerakan nyata yang menumbuhkan harapan dan kemandirian. Dari Desa Cisande, sebuah inspirasi besar lahir—bahwa zakat bisa menjadi jalan perubahan menuju Indonesia Emas 2045.