A PHP Error was encountered

Severity: Warning

Message: Invalid argument supplied for foreach()

Filename: libraries/General.php

Line Number: 87

Backtrace:

File: /www/ntvweb/application/libraries/General.php
Line: 87
Function: _error_handler

File: /www/ntvweb/application/controllers/Read.php
Line: 64
Function: popular

File: /www/ntvweb/index.php
Line: 326
Function: require_once

Mengapa Inses Dilarang di Semua Agama: Pelanggaran Moral, Etika, dan Kemanusiaan - Ntvnews.id

Mengapa Inses Dilarang di Semua Agama: Pelanggaran Moral, Etika, dan Kemanusiaan

NTVNews - Berita Hari Ini, Terbaru dan Viral - 20 Mei 2025, 00:05
thumbnail-author
Devona Rahmadhanty
Penulis
thumbnail-author
Tim Redaksi
Editor
Bagikan
Larangan praktik inses di Semua Agama Larangan praktik inses di Semua Agama (freepik.com )

Ntvnews.id, Jakarta - Tanah Air digegerkan dengan adanya grup Facebook Fantasi Sedarah. Grup yang membuat resah publik itu beranggotakan lebih dari 32 ribu orang.

Fantasi Sedarah berisi tentang hubungan intim menyimpang inses. Seperti diketahui publik, inses atau hubungan seksual sedarah merupakan salah satu bentuk pelanggaran paling berat dalam norma sosial dan moral. Praktik ini dilarang keras oleh hampir semua agama besar di dunia, baik Islam, Kristen, Yahudi, Hindu, maupun Buddha.

Larangan tersebut tidak hanya bersifat teologis, tetapi juga didasarkan pada pertimbangan etika, kesehatan, dan perlindungan terhadap martabat manusia, khususnya perempuan dan anak-anak.

Larangan Inses dalam Agama Islam

Dalam Islam, hubungan seksual dengan anggota keluarga yang termasuk mahram—seperti orang tua, anak kandung, saudara kandung, bibi, paman, dan cucu—dinyatakan haram secara mutlak. Larangan ini ditegaskan dalam Al-Qur’an, khususnya dalam Surah An-Nisa ayat 23, yang menyebut secara rinci siapa saja yang haram dinikahi karena hubungan darah atau hubungan keluarga lainnya.
 
Para ulama sepakat bahwa inses merupakan perbuatan keji (fahisyah) dan masuk dalam kategori dosa besar. Tidak ada perbedaan pendapat (ijma’) dalam hal ini. Inses dianggap merusak fitrah manusia, melanggar kehormatan keluarga, dan dapat menyebabkan kerusakan sosial yang luas.

Perspektif Kristen dan Yahudi

Dalam tradisi Kristen dan Yahudi, inses juga dilarang keras. Dalam Alkitab, tepatnya Kitab Imamat (Leviticus) pasal 18, disebutkan daftar hubungan kekerabatan yang tidak boleh dinikahi atau dijadikan pasangan seksual. Inses dianggap sebagai pelanggaran terhadap hukum Tuhan dan dianggap najis serta menjijikkan secara moral.
 
Larangan ini ditegakkan demi menjaga kekudusan keluarga, menjaga tatanan sosial, serta melindungi individu dari praktik penyimpangan seksual yang merusak.

Pandangan Hindu dan Buddha

Dalam ajaran Hindu, hubungan sedarah termasuk dalam perbuatan adharma atau tindakan yang bertentangan dengan dharma (kebenaran dan kewajiban moral). Hindu menekankan pentingnya kemurnian silsilah keluarga dan hubungan yang harmonis antarkeluarga, sehingga pernikahan atau hubungan seksual dengan kerabat dekat dianggap tidak bermoral dan membawa aib besar bagi keluarga.
 
Dalam Buddhisme, meski tidak secara eksplisit membahas inses dalam kitab suci, prinsip moralitas (sila) menekankan pengendalian diri dan menjauhkan diri dari perilaku seksual yang merusak, termasuk hubungan yang melanggar batas sosial dan keluarga. Inses dianggap sebagai bentuk pelanggaran berat terhadap norma etika dan belas kasih (karuna).

Alasan Rasional di Balik Larangan Inses

Selain alasan keagamaan, larangan inses juga didukung oleh berbagai pertimbangan logis dan ilmiah. Salah satunya adalah risiko kesehatan genetik. Anak-anak yang lahir dari hubungan inses memiliki kemungkinan lebih besar mengalami kelainan bawaan, cacat fisik, atau gangguan mental akibat kombinasi genetik yang tidak sehat.
 
Secara psikologis, inses seringkali terjadi dalam konteks kekerasan seksual atau penyalahgunaan kekuasaan dalam keluarga, terutama terhadap anak-anak. Hal ini meninggalkan trauma mendalam yang bisa berdampak seumur hidup.
 
 
Di sisi sosial, inses merusak struktur dan keharmonisan keluarga, menciptakan konflik, rasa malu, dan stigma di masyarakat. Hubungan yang seharusnya dipenuhi kasih sayang dan perlindungan malah berubah menjadi penyalahgunaan dan kehancuran moral.
 
Larangan inses dalam semua agama bukan sekadar aturan keagamaan, tetapi bentuk perlindungan terhadap martabat manusia, nilai-nilai keluarga, dan keberlangsungan masyarakat yang sehat. Dengan melarang inses, agama-agama berupaya menanamkan nilai kesucian, tanggung jawab moral, dan rasa hormat terhadap hubungan keluarga.
 
Menjaga batas-batas tersebut adalah bagian dari menjaga kehormatan dan kemanusiaan itu sendiri. Oleh karena itu, inses harus dicegah, ditolak, dan diberantas, baik melalui pendekatan agama, hukum, pendidikan, maupun kesadaran kolektif masyarakat.
 
x|close