Hilirisasi Riset Perkuat Daya Saing Bangsa, Nilai Ekspor Capai Rp450 Triliun

NTVNews - Berita Hari Ini, Terbaru dan Viral - 17 Okt 2024, 18:00
Dedi
Penulis
Tasya Paramitha
Editor
Bagikan
Sawit Sawit

Direktur Jenderal Industri Agro Kementerian Perindustrian Putu Juli Ardika mengatakan kelapa sawit menjadi model dan contoh sukses dari hilirisasi riset di industri. Dari kelapa sawit bisa dihasilkan produk turunan sawit pangan (oleo food) dan sawit non-pangan (oleochemical). “Ada juga bahan bakar terbarukan (biofuel), hingga material baru ramah lingkungan (biomaterial), pada skala industri berkelanjutan,” kata Putu di acara pembukaan Pekan Riset Sawit Indonesia awal Oktober lalu, di Nusa Dua, Bali.

Menurut Putu, hasil diversifikasi itu turut menyumbang nilai ekspor kelapa sawit dan turunannya yang mencapai Rp 450 Triliun. Angka ini setara sekitar 11,6 persen dari total ekspor nonmigas nasional pada 2023. Di sisi lain, menurut Putu, sektor ini juga telah menyerap tenaga kerja sebanyak 16,2 juta orang, termasuk tenaga kerja tidak langsung yang melibatkan pelaku usaha perkebunan rakyat atau smallholder.

Sesuai potensi besar tersebut, Kementerian Perindustrian mendukung upaya berbagai pihak dalam pengembangan inovasi teknologi industri pengolahan kelapa sawit baik di sektor hulu perkebunan sampai dengan sektor hilir di industri pengolahan. “Kami juga mengupayakan fasilitasi pengembangan teknologi industri melalui penyusunan kebijakan yang pro inovasi, hingga matching antar pihak terkait komersialisasi inovasi baru,” ujar Putu.

Ilustrasi Kebun Kelapa Sawit <b>(Pixabay)</b> Ilustrasi Kebun Kelapa Sawit (Pixabay)

Jokowi juga menekankan peran teknologi dalam hilirisasi kelapa ketika membuka Konferensi dan Pameran Kelapa Internasional (Cocotech) ke-51 di Surabaya pada Juli lalu. Salah satunya untuk mengolah limbah kelapa menjadi bioenergi. Dia menilai inovasi itu sangat penting dan bisa dikembangkan di masa mendatang. “Kemudian kelapa juga bisa jadi bioavtur. Ini juga jadi pekerjaan besar agar penggunaan (kelapa) bisa semakin meningkat dan diminati negara lain,” katanya.

Menurut data Kementerian Perdagangan, Indonesia adalah produsen kelapa terbesar kedua di dunia, setelah Filipina, dengan jumlah produksi mencapai 2,89 juta metrik ton pada 2023. Nilai ekspor kelapa pada tahun itu mencapai US$ 1,55 miliar atau setara Rp25,1 triliun. Dengan adanya kolaborasi riset teknologi dan hilirisasi industri, jumlah tersebut tentu bisa ditingkatkan.

Upaya pemerintah mendorong hilirisasi industri kelapa tertera dalam Peta Jalan Pengembangan Hilirisasi. Targetnya adalah meningkatkan nilai ekspor produk kelapa dan turunannya hingga 10 kali lipat dalam dua dekade mendatang. Alih-alih menjual produk mentah berupa buah kelapa, selama ini banyak pihak yang berusaha mengembangkan produk turunannya, antara lain Virgin Coconut Oil (VCO), arang batok atau briket kelapa, kelapa parut, hingga bahan makanan nata de coco. Nilai tambah produk turunan itu jauh lebih tinggi, bahkan hingga 11 kali lipat, dibandingkan jika hanya menjual kelapa biasa.

Pasar ekspor untuk produk turunan kelapa Indonesia sangat terbuka. Sejumlah negara di Asia seperti Cina, India, Korea Selatan, dan Jepang memiliki kebutuhan tinggi akan produk turunan kelapa untuk keperluan industri makanan, kosmetik, dan farmasi. Permintaan produk turunan kelapa juga datang dari pasar Amerika Serikat dan Uni Eropa. Memanfaatkan riset untuk mengembangkanteknologi dan kualitas produk jelas dapat membantu Indonesia memenuhi standar internasional sekaligus menjaga daya saing produknya.

Halaman
x|close