Ntvnews.id, Jakarta - Unjuk rasa kembali berlangsung di Bangladesh, dengan para demonstran menuntut pengunduran diri Presiden Mohammed Shahabuddin menyusul komentarnya tentang mantan Perdana Menteri Sheikh Hasina.
Dilansir dari AFP, Kamis, 24 Oktober 2024, Aksi protes ini diwarnai bentrokan ketika para demonstran yang berkumpul di luar kediaman Presiden Shahabuddin mencoba menerobos barikade keamanan.
Akibat bentrokan tersebut, sedikitnya 30 orang mengalami luka-luka dalam konfrontasi antara demonstran dan polisi pengendali massa yang menjaga kediaman kepresidenan, meskipun kekuasaan Presiden Shahabuddin sebagian besar bersifat seremonial, ia berperan penting selama puncak revolusi mahasiswa pada bulan Agustus lalu, yang menyebabkan lengsernya Hasina yang kemudian melarikan diri ke luar negeri.
Baca Juga: Kemendag Imbau Pengusaha Berhati-hati Transaksi Perdagangan dengan Bangladesh, Ada Apa?
Pada saat itu, Presiden Shahabuddin mengumumkan bahwa Hasina, sekutunya, mengundurkan diri pada hari dia meninggalkan Bangladesh untuk pergi ke India. Pengumuman tersebut membuka jalan bagi pembentukan pemerintahan sementara yang kini mengelola Bangladesh.
Namun, tiba-tiba pada pekan lalu, dalam sebuah wawancara dengan media lokal, Presiden Shahabuddin menyatakan bahwa ia belum pernah melihat surat tertulis dari Hasina yang menyatakan pengunduran dirinya. Pernyataan ini memicu spekulasi bahwa pengunduran diri Hasina tidak sah secara hukum.
Untuk memprotes pernyataan Presiden Shahabuddin, para demonstran menggelar aksi di luar kediamannya di Dhaka pada Selasa, 22 Oktober 2024. Mereka menuntut agar Shahabuddin mundur dari jabatannya dan menuduhnya masih setia kepada Hasina dan Partai Liga Awami yang dipimpinnya.