Namun, hal ini mendapat perlawanan keras dari rakyat Surabaya yang telah mencita-citakan kemerdekaan sejak Proklamasi 17 Agustus 1945.
Salah satu insiden yang memicu semangat pertempuran terjadi di Hotel Yamato (sekarang Hotel Majapahit), ketika bendera Belanda berkibar di atas bangunan tersebut. Para pejuang Surabaya, yang dipimpin oleh pemuda bernama Soetomo atau yang dikenal sebagai Bung Tomo, merasa keberatan dan menganggap hal ini sebagai penghinaan terhadap kedaulatan Indonesia.
Aksi heroik terjadi ketika para pemuda berhasil memanjat hotel, menurunkan bendera Belanda, merobek bagian birunya, dan mengibarkan kembali bendera Merah Putih.
Di tengah berkecamuknya pertempuran, Bung Tomo, seorang orator ulung, memainkan peran penting dalam menyebarkan semangat juang melalui pidato-pidatonya yang membakar semangat rakyat.
Dengan kalimat-kalimat yang penuh keberanian, Bung Tomo mampu menggerakkan hati para pemuda dan warga Surabaya untuk tetap berjuang hingga titik darah penghabisan.
Meskipun pertempuran tersebut memakan banyak korban jiwa di pihak Indonesia, semangat patriotisme dan pengorbanan para pejuang berhasil mengukir sejarah sebagai simbol perlawanan gigih demi mempertahankan kemerdekaan.
Sejak saat itu, 10 November diresmikan sebagai Hari Pahlawan, sebuah hari untuk menghormati para pahlawan yang telah gugur membela tanah air.