Ia juga menekankan bahwa Prancis tengah menghadapi defisit besar yang tak akan hilang hanya dengan adanya mosi tidak percaya.
"Realitas ini akan terus menjadi tantangan bagi pemerintahan mana pun yang berkuasa," tambahnya.
Setelah hasil mosi diumumkan, Marine Le Pen, mantan pemimpin partai sayap kanan ekstrem, menyatakan bahwa ia tidak menganggap ini sebagai "kemenangan."
"Keputusan ini diambil demi melindungi Prancis," ujar Le Pen kepada televisi TF1, sembari menambahkan bahwa langkah tersebut adalah satu-satunya pilihan yang tersedia.
Sebelumnya, Macron mencalonkan Barnier sebagai Perdana Menteri, sebuah keputusan yang menuai kritik dari partai sayap kiri yang berharap kandidat dari NFP sesuai hasil pemilu legislatif.
Dengan jatuhnya pemerintahan Barnier, Prancis kembali menghadapi tantangan untuk mencapai kesepakatan anggaran tahun 2025, di mana tenggat waktunya kurang dari satu bulan.
Menurut laporan BFMTV, Macron akan mengumumkan Perdana Menteri baru dalam 24 jam mendatang, agar ia tidak tampil di depan publik tanpa pemerintahan saat peresmian Katedral Notre-Dame de Paris yang telah selesai dipugar.