Saat penangkapannya, Mangione membawa "ghost gun"—senjata api tanpa nomor seri yang menggunakan peluru 9mm—dilengkapi peredam suara, paspor AS, empat kartu identitas palsu, dan sebuah manifesto.
Manifesto tersebut, yang terdiri dari dua setengah halaman tulisan tangan, mencerminkan pandangan anti-kapitalisme yang mirip dengan kutipan Ted Kaczynski, si "Unabomber." Mangione juga aktif memposting kutipan serupa di akun Goodreads-nya.
Perjalanan Gelap Menuju Kekerasan
Kehidupan Mangione yang sebelumnya terlihat sempurna tampaknya berubah menjadi kekacauan. Ia dituduh menyusun rencana berdarah dingin, yang mungkin dipicu oleh kemarahan mendalam terhadap sistem kesehatan dan pengaruh ideologi anti-kapitalisme.
Penangkapannya membawa sedikit kelegaan di tengah ketegangan publik setelah pembunuhan brutal Thompson. Namun, investigasi masih berlangsung untuk mengungkap seluruh motif dan detail dari kasus ini.
Sementara itu, teman-teman Mangione masih merasa bingung dan terpukul. "Dia bukan monster," tulis salah seorang di akun Instagram-nya, menggambarkan betapa sulitnya menerima perubahan radikal dalam hidup seseorang yang dulunya dikenal baik.
Kini, Mangione menghadapi proses hukum atas tuduhan serius ini, dan publik menantikan jawaban atas pertanyaan besar: apa yang sebenarnya mendorong seorang lulusan Ivy League yang cemerlang menjadi tersangka pembunuhan?