Artikel KCNA tersebut diterbitkan juga oleh surat kabar Korut, Rodong Sinmun. Media Korsel, Yonhap, menilai bahwa langkah ini bertujuan untuk menyoroti "perbandingan stabilitas negara" antara demokrasi di Korsel dan sistem komunisme yang dianut Korut.
Hubungan antara kedua negara ini semakin memburuk dalam beberapa tahun terakhir. Korut diketahui meluncurkan berbagai misil balistik pada 2024, yang dianggap melanggar sanksi PBB. Selain itu, sejak Mei tahun lalu, Korut telah mengirim balon berisi sampah ke Korsel sebagai balasan atas propaganda anti-Pyongyang yang dikirimkan dari Korsel.
Komentar Korut Sebelumnya
Korut sebelumnya pernah mengomentari situasi politik di Korsel melalui KCNA pada Rabu 1 Januari 205, setelah Presiden Yoon Suk Yeol sempat mengumumkan darurat militer, meskipun keputusan itu kemudian dibatalkan.
"Insiden mengejutkan dari boneka Yoon Suk Yeol, yang menghadapi pemakzulan dan krisis pemerintahan, tiba-tiba mengumumkan dekrit darurat militer dan tanpa ragu menggunakan senjata dan pisau dari kediktatoran fasis yang menyebabkan kekacauan di seluruh Korea Selatan," tulis media pemerintah Korut.
Baca Juga: Terkuak Turis Negara yang Bisa Kunjungi Korea Utara
Korut menilai bahwa pengumuman darurat militer tersebut mencerminkan kerentanan dalam masyarakat Korsel dan memperkirakan bahwa hal itu akan mengakhiri karier politik Yoon.