A PHP Error was encountered

Severity: Warning

Message: Invalid argument supplied for foreach()

Filename: libraries/General.php

Line Number: 87

Backtrace:

File: /www/ntvweb/application/libraries/General.php
Line: 87
Function: _error_handler

File: /www/ntvweb/application/controllers/Read.php
Line: 64
Function: popular

File: /www/ntvweb/index.php
Line: 326
Function: require_once

Kisah Sam Ferry, dari Jual Bakso Jadi Dermawan Bangun Kampung Halaman - Halaman 3 - Ntvnews.id

Kisah Sam Ferry, dari Jual Bakso Jadi Dermawan Bangun Kampung Halaman

NTVNews - Berita Hari Ini, Terbaru dan Viral - 6 Jan 2025, 14:59
Elma Gianinta Ginting
Penulis
Siti Ruqoyah
Editor
Bagikan
Suwadi atau akrab disapa Sam Ferry pemilik usaha Bakso Gunung Batam, berbincang bersama wartawan di salah satu gerainya di Kota Batam, Kepulauan Riau, Jumat (3/1/2025). Suwadi atau akrab disapa Sam Ferry pemilik usaha Bakso Gunung Batam, berbincang bersama wartawan di salah satu gerainya di Kota Batam, Kepulauan Riau, Jumat (3/1/2025). (ANTARA (Laily Rahmawaty/aa.))

Tanpa keterampilan khusus, Ferry mulai bekerja sebagai buruh cangkul dengan upah Rp700 per hari, pekerjaan yang ia jalani beberapa bulan.

Saat diajak teman untuk bekerja menjual bakso di Kuningan, Jawa Barat, Ferry pindah dan mulai menjadi penjual bakso pikul keliling perumahan, yang memberinya pendapatan lebih baik, sekitar Rp3.000 sehari, empat kali lipat dari penghasilan sebelumnya.

Suwadi atau Sam Ferry bersama istri Sri Asmani, pedagang bakso Batam viral bangun jalan di Malang, Jawa Timur, berbagi cerita dengan wartawan dikediamannya di perumaha Anggrek Mas 1, Kota Batam, Kepulauan Riau, Jumat (3/1/2025). <b>(ANTARA (Laily Rahmawaty))</b> Suwadi atau Sam Ferry bersama istri Sri Asmani, pedagang bakso Batam viral bangun jalan di Malang, Jawa Timur, berbagi cerita dengan wartawan dikediamannya di perumaha Anggrek Mas 1, Kota Batam, Kepulauan Riau, Jumat (3/1/2025). (ANTARA (Laily Rahmawaty))

Menjelang usia 20 tahun, Ferry mencoba peluang baru untuk berjualan bakso menggunakan gerobak di Bali, tepatnya di Jimbaran, di mana ia berjualan selama dua tahun, berjalan sejauh 4 km setiap harinya.

Pendapatan yang didapatkan di Bali jauh lebih besar dibandingkan di Kuningan, dan Ferry pun menabung untuk modal usaha yang lebih besar.

Di Bali, banyak perantau, termasuk orang Jawa, dan kebutuhan akan penjual bakso yang sedikit membuat peluang bisnisnya berkembang dengan baik.

Saat berjualan bakso, Ferry memperluas jaringan dan mendengar informasi tentang Batam, yang saat itu merupakan kota industri yang terkenal dengan perdagangan bebas melalui kemitraan Sijori (Singapura, Johor, dan Riau).

Informasi mengenai Batam membuat Ferry tertarik, meski ia tidak memiliki keterampilan lain selain menjual bakso. Ia merasa Batam bisa menjadi tempat yang tepat untuk memulai usaha sendiri.

Halaman
x|close