Ntvnews.id, Jakarta - Mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengenang perjalanan panjang hubungannya dengan Presiden Prabowo Subianto saat menghadiri Retret Kepala Daerah di Akademi Militer, Magelang.
Dalam pidatonya, SBY mengungkapkan bahwa dirinya dan Prabowo telah melalui berbagai fase, dari persahabatan di masa akademi hingga kompetisi ketat dalam dunia militer dan politik.
"Saya anak Pacitan, orang tua saya Letnan. Pak Prabowo punya menteri, ayahnya menteri. Dan kemudian sudah kenyang tinggal di luar negeri," ujar SBY.
SBY menegaskan bahwa keduanya memiliki banyak kesamaan, mulai dari latar belakang pendidikan hingga cita-cita besar untuk Indonesia. Namun, ada satu perbedaan mencolok di antara mereka sejak masa taruna, yaitu latar belakang keluarga yang berbeda.
"Pak Prabowo waktu itu kalau pidato bahasa Indonesia, bertanya kepada saya. Karena beliau belum lancar sekali bahasa Indonesianya," lanjutnya.
Perbedaan latar belakang ini juga berpengaruh pada kemampuan bahasa mereka. SBY mengaku bahwa dirinya harus berjuang untuk menguasai bahasa Inggris, sementara Prabowo lebih fasih karena terbiasa tinggal di luar negeri. Namun, di sisi lain, Prabowo justru sempat kesulitan berbicara dalam bahasa Indonesia.
Presiden Prabowo, SBY dan Jokowi di Akmil Magelang (Instagram @ sekretariat.kabinet) "Sebenarnya saya dengan beliau itu bersahabat dekat. Tapi juga berkompetisi. Kompetisi yang positif. Kompetisi yang indah," tambah SBY.
Meskipun memiliki ikatan kuat sejak masa taruna, SBY tidak menampik bahwa dirinya dan Prabowo pernah bersaing ketat. Rivalitas ini berlanjut di dunia militer hingga politik, terutama ketika keduanya berada di kubu yang berbeda dalam berbagai kontestasi pemilihan umum.
“Berbeda dalam posisi politik, berbeda-beda dalam partai, tempat bernaungnya. Berbeda identitas, but we are one," ungkap SBY.
Namun, SBY menegaskan bahwa meskipun dirinya dan Prabowo pernah berseberangan dalam politik, keduanya tetap memiliki komitmen yang sama terhadap Indonesia.
"Saya sudah pensiun. Presidennya Pak Prabowo Subianto. Dan saya mengatakan tidak boleh ada matahari kembar. Kita harus respect kepada Presiden kita, Bapak Prabowo," ujarnya.
Di akhir pidatonya, SBY menegaskan bahwa kini Prabowo adalah pemimpin negara dan harus dihormati sepenuhnya. Pernyataan SBY ini mencerminkan perjalanan panjang hubungannya dengan Prabowo, dari persahabatan, rivalitas, hingga akhirnya bersatu kembali dalam komitmen untuk membangun Indonesia.