Ntvnews.id, Jakarta - Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS), Marco Rubio, pada Selasa 22 April lalu mengumumkan rencana reorganisasi menyeluruh terhadap Kementerian Luar Negeri AS.
Langkah ini dimaksudkan untuk memperkuat implementasi kebijakan luar negeri "America First" yang diusung oleh Presiden Donald Trump.
Baca Juga: Indonesia Tak Punya Dubes untuk Amerika Serikat, Terakhir Dijabat Rosan Roeslani Tahun 2023
Dalam pernyataannya, Rubio menyampaikan bahwa dunia saat ini tengah menghadapi tantangan global yang luar biasa, sementara struktur Kemlu AS dinilai terlalu besar, birokratis, dan belum mampu menjalankan misi diplomatik secara efektif di tengah era persaingan antar kekuatan besar yang semakin intens.
Baca Juga: Amerika Serikat Cabut Semua Visa Warga Negara di Afrika Ini, Kenapa?
"Selama 15 tahun terakhir, rekam jejak Kemlu telah mengalami pertumbuhan yang belum pernah terjadi dan biaya melonjak. Namun, alih-alih melihat keuntungan atas investasi, para pembayar pajak justru melihat diplomasi dengan efektivitas dan efisiensi yang lebih rendah. Birokrasi yang rumit telah menciptakan sistem yang lebih terikat pada ideologi politik radikal, alih-alih memajukan kepentingan nasional inti Amerika," kata Rubio, Rabu 23 April 2025,
"Itulah sebabnya hari ini saya mengumumkan rencana reorganisasi komprehensif yang akan membawa Kemlu ke abad ke-21," ujar dia menambahkan.
Baca Juga: China Stop Pembelian Pesawat Produk Amerika Serikat
Ia menambahkan, "Pendekatan ini akan memberdayakan Kemlu dari tingkat bawah hingga atas, mulai dari biro hingga kedutaan besar. Fungsi-fungsi khusus wilayah akan digabungkan untuk meningkatkan efisiensi, kantor-kantor yang tumpang tindih akan ditutup, dan program-program non-hukum yang tidak sejalan dengan kepentingan nasional inti Amerika akan dihentikan."
Kabarnya, rencana ini akan mengurangi jumlah staf di AS sebesar 15 persen dan menutup lebih dari 130 kantor domestik.
(Sumber: Antara)