China Tegas Membantah Ada Negosiasi dengan AS Terkait Tarif Trump

NTVNews - Berita Hari Ini, Terbaru dan Viral - 26 Apr 2025, 13:42
thumbnail-author
Akbar Mubarok
Penulis
thumbnail-author
Adiantoro
Editor
Bagikan
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Guo Jiakun Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Guo Jiakun (ANTARA /Desca Lidya Natalia)

Ntvnews.id, Beijing - Pemerintah China kembali menegaskan bahwa tidak ada negosiasi yang sedang berlangsung dengan Amerika Serikat (AS) terkait penerapan tarif dagang yang diberlakukan di era Presiden Donald Trump.

"China dan AS tidak melakukan konsultasi atau negosiasi apa pun mengenai tarif. AS harus berhenti menciptakan kebingungan," kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Guo Jiakun dalam konferensi pers di Beijing pada Jumat, 25 April 2025.

Pada Kamis 24 April, Presiden Donald Trump menyatakan bahwa pembicaraan perdagangan antara Amerika Serikat dan China masih berlangsung, meskipun ia tidak menjelaskan siapa saja perwakilan dari kedua negara yang terlibat dalam perundingan tersebut.

Baca Juga : Trump Janjikan Kesepakatan Dagang yang Adil dengan China

"Mereka mengadakan pertemuan pagi ini. Tidak masalah siapa 'mereka'. Kami mungkin akan mengungkapkannya nanti, tetapi mereka mengadakan pertemuan pagi ini, dan kami telah bertemu dengan China," kata Trump.

Guo Jiakun menegaskan bahwa perang tarif bermula dari tindakan Amerika Serikat, sehingga China tetap konsisten untuk melawan.

Ia menambahkan, jika AS ingin berunding, maka dialog dan negosiasi harus dilakukan berdasarkan prinsip kesetaraan, saling menghormati, dan saling menguntungkan.

Mengenai isu fentanil, yang disebut-sebut sebagai alasan awal penerapan tarif karena tuduhan Donald Trump bahwa China memproduksi fentanil yang masuk ke AS, Guo Jiakun menilai bahwa masalah tersebut sepenuhnya merupakan persoalan internal Amerika Serikat.

Baca Juga : Perang Dagang AS-China, KSSK Sepakat Tingkatkan Kewaspadaan di Triwulan II 2025

"Fentanil adalah masalah AS, bukan China, AS sendiri yang bertanggung jawab untuk menyelesaikannya," tegas Guo Jiakun.

Meskipun China telah menunjukkan niat baik, Guo Jiakun menyatakan bahwa Amerika Serikat tetap memberlakukan tarif pada impor dari China dengan menggunakan alasan fentanil.

"Ini adalah intimidasi menyeluruh, dan sangat merusak dialog dan kerja sama dalam pemberantasan narkotika. AS harus tahu bahwa menjelek-jelekkan pihak lain tidak akan menghilangkan tanggung jawabnya yang gagal mengatasi masalah fentanil, intimidasi atau ancaman tentu saja bukan cara yang tepat untuk berurusan dengan China," ungkap Guo Jiakun.

Pemerintahan Donald Trump telah memberlakukan tarif hingga 245 persen pada barang-barang impor dari China, sementara China membalas dengan tarif sebesar 125 persen terhadap produk-produk asal AS.

Baca Juga : Pesawat Boeing Balik dari China ke AS Dampak Perang Tarif

Meski Trump memberi negara-negara lain kelonggaran tarif selama 90 hari karena komitmen mereka untuk bernegosiasi dengan AS, China tetap menjadi pengecualian.

Sebaliknya, Beijing malah meningkatkan tarifnya dan menerapkan berbagai langkah ekonomi lainnya sebagai bentuk pernyataan untuk "berjuang sampai akhir".

Langkah-langkah tersebut termasuk membatasi ekspor mineral tanah jarang dan mengajukan beberapa tuntutan terhadap AS di Organisasi Perdagangan Dunia (WTO).

Dana Moneter Internasional (IMF) memperkirakan bahwa pertumbuhan ekonomi global akan turun menjadi hanya 2,8 persen pada 2025 akibat dampak dari perang tarif ini.

(Sumber Antara)

x|close