Dedi Mulyadi Bakal Diskusi dengan Mendikdasmen Soal Pendidikan di Barak Militer

NTVNews - Berita Hari Ini, Terbaru dan Viral - 9 Mei 2025, 09:55
thumbnail-author
Adiansyah
Penulis
thumbnail-author
Beno Junianto
Editor
Bagikan
Dedi Mulyadi Dedi Mulyadi (Ntvnews.id/Adiansyah)

Ntvnews.id, Jakarta - Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi mengumumkan rencananya untuk berdiskusi dengan Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Abdul Mu’ti terkait penerapan pendidikan karakter di barak militer bagi siswa bermasalah.

“Ya, setelah ini kami akan juga menyampaikan,” kata Dedi.

Menurut Dedi, program pendidikan berbasis disiplin militer ini menyasar pelajar SMP dan SMA sederajat yang mengalami kesulitan perilaku, terutama yang tidak dapat ditangani secara efektif oleh pihak sekolah maupun keluarga.

Ia menyoroti berbagai masalah yang sedang marak di kalangan remaja Jawa Barat, mulai dari gaya hidup tidak disiplin, kecanduan game daring, hingga penggunaan media sosial yang destruktif.

Tak sedikit dari mereka yang aktif hingga larut malam, lalu absen sekolah di pagi harinya. Media sosial pun dijadikan sarana untuk mengorganisasi perkelahian, baik secara terang-terangan maupun sembunyi-sembunyi.

“Karena problem ini tidak bisa diselesaikan di sekolah dan di keluarga serta tidak semua problem itu bisa ditangani lewat peradilan anak, harus ada upaya jangka pendek yang bisa dilakukan melalui pola pendidikan disiplin siswa, maka kami menggandeng lembaga TNI,” kata dia.

Dedi Mulyadi di kantor Kementerian HAM diskusi soal pendidikan barak militer <b>(NTVNews)</b> Dedi Mulyadi di kantor Kementerian HAM diskusi soal pendidikan barak militer (NTVNews)

Pemerintah Provinsi Jawa Barat memilih menggandeng TNI sebagai mitra strategis dalam melaksanakan program ini. Alasannya, TNI dinilai telah berpengalaman dalam memberikan pendidikan karakter dan pelatihan kedisiplinan, baik bagi kalangan militer maupun masyarakat sipil.

Dedi juga menekankan bahwa program ini tidak melanggar hak-hak anak. Justru, menurutnya, lingkungan barak memberikan ruang yang lebih kondusif bagi siswa untuk fokus belajar dan memperbaiki diri.

“Kenapa? Karena selama ini mereka bolos. Mereka tidak pernah belajar, bangunnya rata-rata jam 10 siang. Kemudian, di barak itu mereka mendapat lingkungan yang baik. Karena selama ini mereka di rumahnya tidak mendapat lingkungan yang baik, di lingkungan sekolahnya tidak mendapat lingkungan yang baik, mereka menjadi anak jalanan,” ujarnya.

Program pendidikan karakter ini dirancang berlangsung selama 28 hari, dan peserta didampingi oleh dokter, psikolog, serta guru mengaji. Dedi memastikan bahwa siswa tetap mendapatkan pendidikan formal, termasuk mengikuti ujian dan pelajaran yang sesuai dengan kurikulum sekolah.

“Mereka mengikuti ujian dan pendidikan biasa. Mereka terkoneksi kepada sekolahnya dan tetap menjadi siswa,” ujar Dedi Mulyadi.

(Sumber: Antara)

x|close