Pramono Bukan Dedi Mulyadi, Atasi Tawuran Jakarta dengan Sholawat Bukan Masuk Barak

NTVNews - Berita Hari Ini, Terbaru dan Viral - 14 Mei 2025, 07:05
thumbnail-author
Siti Ruqoyah
Penulis
thumbnail-author
Ismoko Widjaya
Editor
Bagikan
Pramono Anung Pramono Anung (Ntvnews.id/ Adiansyah)

Ntvnews.id, Jakarta - Hari ini, Rabu, 14 Mei 2025 tepat 85 hari Pramono Anung resmi menjadi Gubernur DKI Jakarta. Sejumlah kebijakan yang dibuatnya menjadi sorotan publik. Terlebih setiap kebijakan yang diputuskan dianggap tidak terlalu popular di kalangan masyarakat.

Teranyar, Pramono mengagas Manggarai bersholawat. Ini dia lakukan demi mencegah tawuran antar kelompok di wilayah yang rutin tawuran tersebut.

"Saya akan mengagas apa yang dinamakan Manggarai Bersholawat. Saya akan undang kelompok-kelompok yang bertikai di sana. Ada Rw4, Rw5, Rw6. Duduk bareng, apa sih akar permasalahan yang sebenarnya, karena enggak bisa hanya menyalahkan saja," kata Pramono.

Gagasan Pramono ini dibanding-bandingkan dengan ide Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi yang memasukan anak suka tawuran ke barak militer.

Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi/Ist Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi/Ist

Pramono bukan Dedi. Dia memilih untuk tetap berpedoman sesuai aturan bukan keluar jalur. Pram, sapaan nya lebih mengedepankan kekuatan anak buahnya untuk menangani tawuran di Manggarai dan wilayah Jakarta lainnya.

Dalam suatu kesempatan, Pram menyebut akan mengerahkan Satpol PP dan berkoordinasi dengan kepolisian untuk mencegah tawuran.

"Untuk pencegahan saya sudah meminta, karena Kepala Dinas kemarin masih dirangkap dengan Damkar, sekarang Kepala Dinas Satpol PP, khusus Satpol PP, maka saya minta untuk berkoordinasi dengan aparat kepolisian untuk mencegah melakukan tawuran yang ada," kata Pramono lagi.

Menurut Pramono, pelaku tawuran bisanya terjadi dalam kondisi tak sepenuhnya sadar. Untuk itu, dia meminta anak buahnya untuk menggelar operasi mencegah tawuran.

Penyebab Tawuran

Tawuran di Manggarai <b>(Instagram)</b> Tawuran di Manggarai (Instagram)

Pramono mengungkapkan, akar masalah tawuran harus ditangani dari hulu, bukan hanya melalui pendekatan keamanan.

"Secara substansi, karena saya sudah mempelajari, salah satu faktor adalah ketidakberuntungan banyak anak-anak di sana mohon maaf belum punya pekerjaan tetap," ungkap dia.

Tak hanya itu, Pramono juga menilai bahwa keterbatasan sarana publik seperti ruang olahraga dan fasilitas interaksi sosial menjadi pemicu meningkatnya ketegangan antar kelompok di masyarakat.

"Kemudian ada sarana olahraga dan sarana-sarana lain yang tidak termanfaatkan secara baik," ungkap Pramono.

Kalah Pamor

Prof. Burhanuddin Muhtadi, M.A., Ph.D <b>(Indikator Politik Indonesia)</b> Prof. Burhanuddin Muhtadi, M.A., Ph.D (Indikator Politik Indonesia)

Pengamat Politik Burhanuddin Muhtadi mengatakan, sampai saat ini belum ada kepala daerah yang mengalahkan popularitas Dedi Mulyadi.

"Tak ada kepala daerah, gubernur maupun bupati yang mengalahkan pupolaritasnya KDM. Biasanya, popularitas kepala dareah itu bermula di Jakarta, karena Jakarta pusat pemerintahan, pusat informasi," ujar Buhranuddin dikutip dari Kompas TV.

x|close