Ntvnews.id, Jakarta - Menteri Agama Republik Indonesia, Nasaruddin Umar, hari ini, Jumat (23/5/2025) malam, tiba di Bandara Soekarno-Hatta usai melakukan kunjungan kerja ke Amerika Serikat. Kunjungan kerja kali ini dilakukan dalam rangka mempererat kerja sama internasional di bidang keagamaan dan pendidikan.
Di Amerika, Menag menggelar sejumlah pertemuan strategis dengan pimpinan sejumlah universitas ternama, termasuk di New York dan Washington DC. Pertemuan membahas rencana kerja sama dalam pengembangan studi teologi dan pendidikan ulama. "Kami tengah menjajaki peluang kolaborasi akademik yang semakin terbuka lebar," ucapnya.
Di Georgetown University, salah satu perguruan tinggi di Amerika Serikat, Menag Nasaruddin berkesempatan tampil sebagai pembicara utama dalam forum internasional. Di forum ini, Menag memaparkan arah kerja sama Indonesia-Amerika di bidang penguatan pendidikan Islam moderat.
Sebagai salah satu negara Muslim terbesar, Menag menjelaskan bahwa Indonesia adalah negara yang damai salah satunya karena pemahaman akan Islam yang moderat. "Di Georgetown, kami menjajaki kerja sama dalam pengembangan pendidikan, khususnya karier ulama. Georgetown memiliki studi keislaman yang kuat, didukung oleh tokoh seperti Prof. John Esposito. Mereka berharap Indonesia menjadi pemimpin dalam studi Islam global di masa depan," ucap Menag.
Tak hanya itu, Menag juga diundang sebagai keynote speaker dalam konferensi internasional perbankan syariah yang menyoroti kemajuan sistem jaminan produk halal di Indonesia, terutama dalam era pemerintahan Presiden Prabowo Subianto. Turut hadir pada giat kali ini Kepala BPJPH Haikal Hasan.
Menag juga menerima gelar Doktor Kehormatan dari Hartford International University, sebuah penghargaan yang diberikan atas kontribusinya dalam pengembangan pemikiran keislaman dan dialog antaragama. Ini menjadi pencapaian penting karena beliau merupakan orang Indonesia pertama yang mendapat penghormatan tersebut.
“Penghargaan ini adalah bentuk pengakuan internasional atas peran Indonesia dalam memajukan nilai-nilai keagamaan yang damai dan inklusif. Ini bukan hanya untuk saya, tapi untuk bangsa Indonesia,” ujar Menag.
Selama di Amerika, Menteri Agama juga menyempatkan diri bertemu dengan komunitas WNI di New York dan Washington DC. Salah satu isu penting yang diangkat adalah legalitas pernikahan WNI di luar negeri. Kementerian Agama hadir sebagai perwakilan pemerintah untuk menjadi wali hakim, menjawab kebutuhan masyarakat Muslim Indonesia yang menghadapi kendala dalam proses pernikahan karena ketiadaan wali di luar negeri.
“Ini adalah bentuk kehadiran negara. Kami ingin memastikan bahwa pernikahan WNI di luar negeri sah secara agama dan hukum negara,” tegasnya.
Kunjungan kerja ini dinilai sebagai langkah penting dalam memperkuat posisi Indonesia di panggung global, khususnya dalam bidang keagamaan, pendidikan Islam, dan diplomasi budaya.