Ntvnews.id, Washington DC - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menunjukkan kekesalannya setelah muncul tuduhan bahwa dirinya menyimpan dendam terhadap Universitas Harvard karena pernah ditolak menjadi mahasiswa di kampus ternama tersebut.
Trump membantah keras tuduhan itu dan menegaskan bahwa dirinya sama sekali tidak pernah mendaftar ke Harvard.
Trump belakangan ini memang bersikap keras terhadap sejumlah universitas elite AS, termasuk Harvard dan Columbia, sejak kembali memimpin pada Januari lalu. Ia menuding institusi-institusi tersebut membiarkan gerakan antisemit berkembang di lingkungan kampus dengan memberikan ruang bagi aktivisme mahasiswa yang mendukung Palestina.
Melalui Departemen Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan AS (HHS), pemerintahannya telah menghentikan pendanaan hampir US$ 3 juta kepada Harvard.
Baca Juga: BKPM Tegaskan Pabrik AirTag Apple Akan Tetap Dibangun, Tak Terpengaruh Tarif Trump
Hal ini dilakukan karena kampus tertua di Amerika itu dianggap mengabaikan berbagai tuntutan pemerintah, termasuk pembatalan program keberagaman, kesetaraan, dan inklusi (DEI), revisi aturan disiplin mahasiswa, serta penerapan larangan pemakaian masker.
Baru-baru ini, pemerintahan Trump juga mencabut sertifikasi Program Mahasiswa dan Pengunjung Pertukaran (SEVP) Harvard, yang berakibat pada hilangnya izin kampus tersebut untuk menerima mahasiswa internasional. Namun, keputusan ini saat ini ditangguhkan sementara setelah Harvard menggugat ke pengadilan dan berhasil mendapatkan penundaan dari hakim federal.
Lewat platform Truth Social, Trump melontarkan pernyataan menanggapi klaim jurnalis Michael Wolff.
"Michael Wolff, seorang wartawan kelas tiga yang bahkan ditertawakan oleh para pembuat berita palsu, baru-baru ini mengatakan bahwa alasan saya 'menyerang' Harvard adalah karena saya ditolak masuk ke sana," tulis Trump, seperti dikutip dari Newsweek, Rabu, 4 Juni 2025.
"Itu cerita bohong total. Saya tidak pernah mendaftar ke Harvard. Saya lulusan Wharton School of Finance, University of Pennsylvania," tegas Trump.
Trump juga menuding Wolff menyebarkan cerita palsu karena frustrasi akibat kegagalan bukunya di pasaran.
"Buku terbarunya tentang saya gagal total. Tak ada yang mau membacanya karena isi dan reputasinya sangat buruk!" ujarnya.
Michael Wolff sendiri adalah jurnalis asal AS yang pernah menjadi kontributor untuk media seperti USA Today. Dalam sebuah wawancara podcast bersama The Daily Beast pekan lalu, Wolff menuduh Trump sengaja menjadikan Harvard sasaran kebijakannya karena pernah ditolak masuk ke universitas tersebut.
Baca Juga: Trump Ultimatum Putin Soal Perang dengan Ukraina
Tuduhan itu muncul ketika pembawa acara podcast, Joanna Coles, menyinggung sikap keras pemerintahan Trump terhadap Harvard, meskipun banyak pejabat dan orang-orang dekat Trump yang merupakan alumni kampus tersebut.
"Kadang, tidak perlu terlalu mencari motif atau rencana di balik semua tindakannya. Tapi yang jelas, dia tidak diterima di Harvard," kata Wolff dalam podcast tersebut.
"Trump memang punya semacam dendam lama terhadap universitas-universitas Ivy League," tambahnya, merujuk pada kelompok universitas prestisius di AS, termasuk Harvard.
Menanggapi pernyataan Wolff, pihak Gedung Putih melalui juru bicara Taylor Rodgers menyampaikan kecaman keras, menyebut Wolff dan The Daily Beast menyebarkan kabar bohong semata demi menarik perhatian publik atau mendapatkan klik.