Ntvnews.id, Bangkok - Thailand bersiap untuk kembali menggolongkan ganja sebagai zat ilegal, sebuah langkah yang diperkirakan akan mengguncang industri bernilai lebih dari £734 juta atau sekitar Rp16,1 triliun, yang berkembang pesat sejak negara itu melegalkan penggunaan ganja secara terbatas.
Sejak ganja dikeluarkan dari daftar narkotika pada tahun 2022, industri terkait ganja tumbuh pesat di berbagai wilayah Thailand. Namun, perubahan kebijakan dalam koalisi pemerintahan mendorong diberlakukannya kembali pengawasan ketat, khususnya terhadap pemakaian ganja untuk tujuan rekreasi.
Dilansir dari The Independent, Senin, 30 Juni 2025, Partai Bhumjaithai pihak yang selama ini mendukung penuh legalisasi ganja resmi meninggalkan koalisi pemerintahan minggu lalu. Keputusan ini terjadi di tengah kritik terhadap Perdana Menteri Paetongtarn Shinawatra terkait penanganan konflik perbatasan dengan Kamboja.
Baca Juga: Penampakan 25 Hektare Ladang Ganja di Aceh yang Ditemukan Bareskrim Polri, Satu Tersangka Buron
Menyusul dinamika tersebut, Kementerian Kesehatan Thailand pada Selasa mengeluarkan aturan baru yang secara tegas melarang penjualan ganja untuk penggunaan rekreasi. Berdasarkan kebijakan tersebut, pembelian ganja kini hanya diizinkan berdasarkan resep dokter.
Tiga tahun lalu, Thailand mencatatkan sejarah sebagai salah satu negara pertama di Asia yang mendekriminalisasi ganja, termasuk untuk pemakaian pribadi. Namun, ketidakjelasan regulasi sejak itu menyebabkan lonjakan jumlah toko ganja, khususnya di daerah wisata seperti Chiang Mai dan Bangkok.
Kamar Dagang Thailand memperkirakan bahwa nilai industri ganja — termasuk produk berbasis medis — bisa mencapai 1,2 miliar dolar AS (setara lebih dari Rp19 triliun) pada 2025. Namun, akses bebas terhadap ganja juga memicu masalah sosial, terutama di kalangan anak muda.
“Kebijakan ini harus kembali ke niat awal, yakni pengendalian ganja untuk kepentingan medis,” kata juru bicara pemerintah, Jirayu Houngsub.
Baca Juga: Menteri HAM Bertemu Kepala BNN Bahasa Penegakan Hukum Hingga Legalisasi Ganja
Langkah pemerintah tersebut mengejutkan pelaku industri, termasuk Punnathat Phutthisawong, staf apotek Green House Thailand di Bangkok.
“Ini sumber penghasilan utama saya. Banyak toko akan terpukul karena mereka sudah investasi besar,” tuturnya.
Aktivis ganja Chokwan Chopaka menilai bahwa industri ganja sebenarnya punya potensi besar dalam merevolusi pertanian, layanan kesehatan, dan sektor pariwisata Thailand. Namun, arah kebijakan yang tidak jelas dan tarik-ulur politik menghambat perkembangannya.
“Industri ini dijadikan alat tawar-menawar politik,” ujar Chopaka.
Sementara itu, toko-toko ganja di destinasi wisata seperti Khao San Road, Bangkok, masih dipadati wisatawan. Daniel Wolf, turis asal Australia, menyatakan keheranannya.
“Toko ganja di mana-mana. Mereka tidak akan bisa menghentikannya. Ini benar-benar gila,” komentarnya.