Ntvnews.id, Gaza - Pusat distribusi bantuan yang didukung oleh Israel dan Amerika Serikat di Gaza diduga telah mencampurkan obat-obatan terlarang ke dalam kantong tepung yang dibagikan kepada warga sipil yang terdampak perang dan menghadapi ancaman kelaparan. Dugaan ini memunculkan kekhawatiran baru terkait upaya sistematis untuk merusak kesehatan masyarakat Gaza.
Dilansir dari Al Arabiya, Senin, 30 Juni 2025, Kantor Media Pemerintah Gaza menuduh bahwa pasokan tepung tersebut mengandung zat adiktif berbahaya, dan menyebut tindakan ini sebagai bentuk kejahatan keji yang ditujukan untuk merusak ketahanan masyarakat sipil Gaza.
“Kami memandang pendudukan Israel sebagai pihak yang sepenuhnya bertanggung jawab atas kejahatan ini, yang secara sengaja bertujuan menyebarkan kecanduan dan merusak struktur sosial masyarakat Palestina dari dalam,” demikian bunyi pernyataan resmi dari otoritas Gaza.
Baca Juga: 7 Tentara Israel Tewas di Gaza!
Omar Hamad, seorang apoteker dan penulis yang tinggal di wilayah Gaza, mengungkapkan bahwa Israel diduga telah menyelundupkan Oxycodone ke wilayah tersebut melalui bantuan tepung yang dikirimkan.
“Ditemukan bahwa zat tersebut tidak hanya diselipkan di dalam kantong tepung, namun tepung itu sendiri juga tercemar,” ungkap Omar dalam unggahannya di media sosial X pada Kamis.
Menanggapi laporan ini, Komite Anti-Narkoba Gaza meminta masyarakat agar tetap waspada dan memeriksa secara teliti bahan makanan yang diterima dari pusat bantuan, yang mereka sebut sebagai "perangkap maut," serta melaporkan keberadaan zat mencurigakan sesegera mungkin.
Di sisi lain, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dalam pernyataan pekan ini mengecam Israel atas praktik "persenjataan makanan" yang mereka sebut sebagai bentuk kejahatan perang. PBB juga mendesak agar tentara Israel segera menghentikan penembakan terhadap warga sipil yang tengah berusaha mendapatkan bantuan makanan.
Baca Juga: Debut di Film Gaza, Cut Syifa Tolak Adegan Bersentuhan dengan Lawan Jenis
Menurut data PBB, lebih dari 410 warga Palestina telah kehilangan nyawa dan sedikitnya 3.000 lainnya mengalami luka-luka akibat tembakan dari pasukan Israel saat mencoba mengakses distribusi bantuan kemanusiaan.
“Warga Gaza yang kelaparan dihadapkan pada pilihan tidak manusiawi: mati karena kelaparan atau mengambil risiko kehilangan nyawa demi mencari makanan,” tulis Kantor Hak Asasi Manusia PBB dalam pernyataan tertulis menjelang konferensi pers Selasa lalu.
Yayasan Kemanusiaan Gaza (GHF), yang mendapat dukungan dari Israel dan AS, mulai menyalurkan bantuan pangan pada 26 Mei. Penyaluran itu dilakukan setelah Israel menghentikan total suplai logistik ke Gaza selama lebih dari dua bulan, yang memicu kekhawatiran global akan kemungkinan terjadinya bencana kelaparan skala besar.
Dalam laporan sebelumnya, PBB menyatakan bahwa "seluruh penduduk Gaza kini berada dalam risiko kelaparan."