Ntvnews.id, Jakarta - Maskapai penerbangan asal Australia, Qantas, mengumumkan pada Rabu, 11 Juni, bahwa mereka akan menutup operasional anak usahanya di Asia, Jetstar Asia. Keputusan ini diambil menyusul tekanan biaya yang terus meningkat dan persaingan yang kian sengit di kawasan tersebut.
Dalam pernyataan resminya kepada Australian Securities Exchange (ASX), Rabu, 11 Juni 2025, Qantas Group menyebut bahwa maskapai berbiaya murah yang berbasis di Singapura itu akan resmi berhenti beroperasi pada akhir Juli. Penutupan ini berdampak pada sekitar 500 karyawan di wilayah Asia.
Qantas mengungkapkan bahwa Jetstar Asia diperkirakan akan mencatat kerugian pokok sebesar 35 juta dolar Australia (1 dolar AS setara dengan Rp10.581.) pada tahun anggaran 2024–2025. Kerugian ini dipicu oleh melonjaknya biaya dari pemasok, tarif bandara yang tinggi, serta persaingan yang semakin agresif di pasar penerbangan Asia.
CEO Qantas Group, Vanessa Hudson, menyampaikan bahwa Jetstar Asia selama lebih dari dua dekade telah menjadi pelopor dalam industri penerbangan Asia, membuka akses perjalanan udara bagi jutaan orang.
"Terlepas dari upaya terbaik mereka, kami telah melihat beberapa biaya pemasok Jetstar Asia meningkat hingga 200 persen, yang dari segi material telah mengubah basis biayanya," ujarnya.
Penutupan Jetstar Asia hanya akan memengaruhi rute penerbangan Intra-Asia yang berbasis di Singapura. Sementara itu, Jetstar Airways akan tetap melayani penerbangan dari Australia menuju berbagai destinasi di Asia seperti biasa.
CEO Vanessa Hudson menjelaskan bahwa 13 pesawat A320 milik Jetstar Asia yang kini berada di pertengahan usia operasionalnya akan secara bertahap dipindahkan ke Australia dan Selandia Baru. Langkah ini tidak hanya mendukung penyegaran armada utama, tetapi juga diperkirakan akan membuka sekitar 100 lapangan kerja baru di kawasan tersebut.
Jetstar Asia masih akan melayani penerbangan dengan jadwal terbatas yang dikurangi secara bertahap selama tujuh minggu ke depan, sebelum resmi menghentikan seluruh operasionalnya pada 31 Juli.
Qantas Group memastikan bahwa pelanggan yang terdampak pembatalan penerbangan akan menerima pengembalian dana penuh. Selain itu, perusahaan juga berkomitmen untuk membantu penumpang dalam mencari alternatif penerbangan yang tersedia.
Baca juga: Maskapai Penerbangan Umumkan Bangkrut, Alami Masalah Pengembalian Dana
(Sumber: Antara)