Ntvnews.id, Jakarta - Sejumlah negara Arab mengecam keras serangan udara Amerika Serikat terhadap tiga fasilitas nuklir Iran dan memperingatkan akan dampak serius yang mungkin ditimbulkan. Mereka menyerukan agar jalur diplomatik segera dipulihkan untuk menghindari eskalasi lebih lanjut.
Dilansir dari AFP, Senin, 23 Juni 2025, Arab Saudi—yang sebelumnya memiliki hubungan tegang dengan Iran namun mulai menjalin rekonsiliasi sejak dimediasi oleh Tiongkok pada 2023—mengungkapkan “keprihatinan mendalam” terhadap serangan yang dilancarkan AS.
Negara-negara Teluk kini sedang aktif melakukan diplomasi untuk mencari solusi damai, menyusul dimulainya serangan Israel terhadap Iran pada 13 Juni lalu.
Banyak negara kaya minyak di kawasan tersebut, yang menjadi lokasi bagi berbagai instalasi dan pangkalan militer penting AS, menyatakan kekhawatiran bahwa konflik yang meluas dapat membahayakan stabilitas ekonomi dan keamanan kawasan. Qatar, yang menjadi tuan rumah pangkalan militer AS terbesar di Timur Tengah, mengingatkan akan “dampak bencana” baik bagi regional maupun global.
Baca Juga: Mengenal 3 Situs Nuklir Iran yang Diserang Amerika Serikat
Kelompok Houthi di Yaman, yang dikenal sebagai sekutu Iran, mengecam serangan AS terhadap instalasi nuklir Iran pada Minggu, 22 Juni 2025 dan menyebutnya sebagai “deklarasi perang” terhadap rakyat Iran. Mereka juga mengancam akan kembali menyerang kapal-kapal dan armada militer AS di Laut Merah, meskipun baru-baru ini ada kesepakatan gencatan senjata yang dimediasi oleh Oman.
Sementara itu, Presiden AS Donald Trump menyatakan bahwa serangan yang dilancarkan telah menghancurkan fasilitas nuklir utama Iran, dan menyebut operasi tersebut sebagai “keberhasilan militer spektakuler”. Namun, sejumlah sekutu AS di kawasan Teluk justru mendorong pendekatan diplomatik.
Oman, yang memiliki peran penting dalam memediasi pembicaraan nuklir antara Washington dan Teheran, mengecam serangan tersebut sebagai tindakan ilegal dan menyerukan agar eskalasi segera dihentikan. Uni Emirat Arab (UEA) juga menyatakan keprihatinan dan menyerukan langkah segera untuk menahan konflik.
Di Bahrain, yang menjadi markas Armada Kelima Angkatan Laut AS, pemerintah setempat menginstruksikan sebagian besar pegawai pemerintah untuk bekerja dari rumah hingga pemberitahuan lebih lanjut akibat memburuknya situasi.
Baca Juga: Iran Ancam Negara Pemasok Senjata ke Israel Bakal Jadi Sasaran
Kuwait menyatakan bahwa Kementerian Keuangannya telah mengaktifkan rencana darurat, termasuk persiapan fasilitas perlindungan. Sementara itu, kelompok Hamas Palestina menyebut serangan Amerika sebagai “agresi terang-terangan” terhadap Iran.
Pemerintah Irak, yang juga menjadi tuan rumah bagi pasukan AS, menyampaikan kecaman keras dan keprihatinan mendalam atas serangan tersebut. Juru bicara pemerintah, Basim Alawadi, menyebut tindakan itu sebagai “ancaman besar terhadap perdamaian dan stabilitas di Timur Tengah.”
Kekhawatiran di Irak pun meningkat terkait kemungkinan keterlibatan kelompok bersenjata yang didukung Iran, yang sebelumnya telah mengancam akan menargetkan kepentingan AS jika negara itu turut campur bersama Israel dalam perang melawan Iran.
Presiden Lebanon, Joseph Aoun—yang dikenal memiliki hubungan dekat dengan Amerika Serikat—mengimbau kedua pihak agar kembali ke meja perundingan demi mengembalikan stabilitas kawasan.
Lebanon sendiri tengah menghadapi dampak dari konflik antara Israel dan kelompok Hizbullah yang didukung Iran, terutama pasca perang di Gaza yang berakhir dengan gencatan senjata rapuh pada November lalu, meski Israel masih terus melancarkan serangan.
Mesir pun ikut menyuarakan kecaman atas meningkatnya ketegangan, memperingatkan bahwa situasi di Iran bisa membawa “dampak berbahaya” bagi kawasan, dan menekankan pentingnya kembali ke jalur diplomasi.