Ntvnews.id, Jakarta - Amerika Serikat (AS) sukses menghancurkan fasilitas nuklir milik Iran. Ada tiga situs nuklir yang dibombardir militer AS.
Operasi ini dilakukan dengan cara yang tidak sederhana. Berbagai strategi dan tipu muslihat benar-benar dijalankan militer AS secara besar-besaran, namun tetap diam-diam.
Sebelum AS menyerang Iran pada Minggu 22 Juni 2025, beberapa pesawat pengebom B-2 lepas landas dari pangkalan mereka di Missouri dan terlihat menuju pulau Guam di Pasifik.
Para ahli menilai, mengutip Reuters, penerbangan itu diperkirakan persiapan awal untuk keputusan AS menyerang Iran. Namun, pesawat itu rupanya cuma umpan.
Serangan sebenarnya dilakukan oleh tujuh bomber B-2 bersayap kelelawar, yang terbang langsung dari AS ke timur tanpa terdeteksi. Penerbangan itu berlangsung selama 18 jam.
Pesawat pengembom itu menjaga komunikasi seminimal mungkin sera mengisi bahan bakar di udara. Di kala bomber-bomber itu mendekati wilayah udara Iran, kapal selam AS meluncurkan lebih dari 20 rudal jelajah serangan darat Tomahawk.
Lalu, pesawat tempur AS terbang sebagai umpan di depan bomber. Ini dilakukan guna mendeteksi pesawat tempur dan rudal Iran.
Setelahnya, bomber B-2 menjatuhkan senjatanya di situs nuklir Iran. B-2 menjatuhkan 14 rudal penembus bunker GBU-57 Massive Ordnance Penetrators, masing-masing beratnya sekitar 13 ton.
Menurut Kementerian Pertahanan AS, operasi bernama Midnight Hammer tersebut, juga melibatkan lebih dari 125 pesawat militer AS. Serangan ini menyasar tiga situs nuklir utama Iran.
Upaya ini merupakan misi operasional yang sangat rumit dan terbesar yang pernah dilakukan oleh bomber siluman B-2. Serangan juga merupakan operasi B-2 terlama kedua yang pernah dilakukan.
Ketua Gabungan Kepala Staf Angkatan Bersenjata Jenderal Dan Caine mengungkapkan, pasukan Iran tidak mampu melepaskan tembakan satu pun ke pesawat AS saat serangan terjadi. Bahkan, tidak ada satu pun pesawat AS yang tertangkap basah.
"Pesawat tempur Iran tidak terbang, dan tampaknya sistem rudal permukaan-ke-udara Iran tidak mendeteksi kami sepanjang misi. Kami mempertahankan unsur kejutan," ujar Caine.
Menurutnya, misi Midnight Hammer sangat rahasia. Sangat sedikit orang di Washington yang mengetahui waktu atau sifat dari operasi itu.
Caine menyebut, penilaian kerusakan awal menunjukkan bahwa ketiga situs yang menjadi target mengalami kerusakan dan kehancuran yang sangat parah.
Menteri Pertahanan AS Pete Hegseth sangat yakin kemampuan nuklir Iran hancur akibat serangan tersebut. Serangan seperti itu juga disebutnya tak mampu dilakukan militer mana pun di dunia, kecuali AS. Bahkan untuk sekadar mendekati kemampuannya.
"Jelas kami menghancurkan program nuklir Iran," tandas Hegseth.