Ntvnews.id, Brasil - Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), menegaskan pentingnya transformasi kebijakan perumahan dalam menghadapi krisis iklim global saat berbicara di BRICS Urbanization Forum ke-4.
Dalam sesi bertema "Housing and Urban Agenda", AHY menyampaikan bahwa pembangunan kota masa depan tidak hanya harus berfokus pada infrastruktur berkelanjutan, tetapi juga pada penciptaan peluang hidup yang inklusif dan tangguh.
"Salah satu investasi paling strategis untuk membuka peluang itu adalah aspek perumahan," kata AHY dikutip dari Instagram @agusyudhoyono.
Dalam kesempatan tersebut, AHY juga menyampaikan tiga hal penting, di antaranya:
Pertama, menjadikan perumahan berorientasi pada masyarakat (people-first housing) sebagai garis depan adaptasi iklim. Di Indonesia, lebih dari 7 juta rumah terdampak bencana dalam satu dekade terakhir, 80% nya akibat banjir. Adaptasi harus dimulai dari rumah, melalui desain tahan bencana, lokasi yang terhubung ke pekerjaan dan layanan, serta pengembangan ke depan berbasis transit-oriented development.
AHY (kemenkoinfra/ ntvnews.id)
Kedua, memadukan keadilan sosial dengan pembiayaan iklim. Mereka yang paling rentan terhadap risiko iklim justru sering tidak terlayani oleh sistem pembiayaan perumahan formal. Untuk menjawab tantangan ini, kami tengah bekerja sama dengan stakeholders terkait berupaya mengembangkan platform kolaboratif yang mendukung skema pembiayaan retrofit hijau, penggunaan material lokal yang tangguh, serta memperluas akses pembiayaan bagi rumah tangga paling rentan.
Ketiga, membangun kerjasama untuk memperluas solusi yang telah terbukti berhasil. Sejumlah program seperti contohnya KOTAKU terkait penanganan kawasan kumuh di wilayah urban yang didukung oleh World Bank sebelumnya telah menunjukkan hasil yang baik dan kebermanfaatan peningkatan kualitas hidup masyarakat. Kami mengundang kemitraan yang lebih luas lagi dengan berbagai multilateral development partners, termasuk New Development Bank dari BRICS, untuk memperkuat praktik baik melalui program pembiayaan, digitalisasi, dan harmonisasi standar sesuai komitmen kita dalam Paris Agreement, SDGs, dan New Urban Agenda.
Menutup sesi, AHY menekankan bahwa perumahan bukan sekadar tempat tinggal, tetapi menjadi pondasi bagi ketahanan kota, inklusi sosial, dan pertumbuhan ekonomi yang merata.
"Indonesia siap berbagi pengalaman dan memperkuat kolaborasi dengan negara-negara BRICS untuk membangun kota yang lebih tangguh dan berkelanjutan," imbuhnya.