Ntvnews.id, Washington DC - Musk kembali menyuarakan penolakannya terhadap RUU Trump. Ia menuding politisi yang mengaku ingin memangkas pengeluaran, tapi justru mendukung RUU tersebut, seharusnya “malu dan menundukkan kepala.”
Musk juga memperingatkan bahwa anggota Kongres yang mendukung RUU tersebut kemungkinan besar akan kalah dalam pemilu pendahuluan tahun depan.
Trump lalu menyindir balik dengan menargetkan Musk, serta perusahaan-perusahaannya seperti Tesla dan SpaceX.
“Tanpa mereka, tidak akan ada lagi peluncuran roket, satelit, atau produksi mobil listrik. Negara kita bisa menghemat SANGAT BANYAK. Mungkin kita perlu meminta DOGE untuk meninjau masalah ini? UANG YANG HARUS DISELAMATKAN!!!” sindir Trump, merujuk pada kontrak-kontrak menguntungkan SpaceX dengan pemerintah AS.
DOGE yang dimaksud adalah singkatan dari Department of Government Efficiency atau Departemen Efisiensi Pemerintah, lembaga yang sebelumnya dipimpin Musk dengan tujuan merampingkan birokrasi dan mengurangi pemborosan anggaran.
Baca Juga: Berseteru dengan Trump, Rusia Siap Beri Suaka ke Elon Musk
Namun dalam praktiknya, kinerja DOGE dipenuhi kontroversi, termasuk pemecatan besar-besaran pegawai negeri sipil, tuduhan pemborosan, serta ketidakmampuan memenuhi target penghematan yang telah dijanjikan.
Musk meninggalkan pemerintahan Trump pada Mei lalu, dan sejak itu perseteruan verbal antara dua tokoh publik tersebut semakin memanas.
“Elon mungkin telah menerima lebih banyak subsidi dibanding siapa pun dalam sejarah, dan tanpa subsidi itu, dia mungkin harus menutup perusahaannya dan kembali ke Afrika Selatan,” tulis Donald Trump dalam pernyataan terbarunya di media sosial, dikutip dari Anadolu.
Sebagai informasi, Elon Musk lahir di Afrika Selatan. Ia dikenal sebagai pemilik perusahaan mobil listrik Tesla dan sebelumnya pernah menjadi salah satu penyumbang utama kampanye Trump dalam pemilihan presiden 2024.
Pernyataan tersebut muncul sebagai respons atas kritik Musk terhadap rancangan undang-undang anggaran besar bertajuk “Big Beautiful Bill” yang baru saja diajukan oleh pemerintahan Trump.
Baca Juga: Sebelum Mundur, Elon Musk Pernah Berselisih dengan Trump
Musk mengkritik keras RUU tersebut karena dianggap memotong insentif bagi kendaraan listrik dan energi bersih. Ia menyebut langkah itu sebagai “sangat merusak” dan memperingatkan bahwa kebijakan tersebut merupakan “bunuh diri politik bagi Partai Republik” yang menjadi partai tempat Trump bernaung.
Trump kemudian menanggapi kritik tersebut dengan mengatakan, “Elon Musk tahu, jauh sebelum dia mendukung pencalonan saya sebagai Presiden, bahwa saya menolak mandat kendaraan listrik. Itu ide yang konyol, dan penolakan itu selalu menjadi bagian penting dari kampanye saya.”
“Mobil listrik memang bagus, tetapi tidak semua orang harus diwajibkan untuk memilikinya,” tambahnya.