KMP Tunu Pratama Jaya Ternyata Layak Beroperasi, Kenapa Bisa Tenggelam di Selat Bali?

NTVNews - Berita Hari Ini, Terbaru dan Viral - 3 Jul 2025, 14:39
thumbnail-author
Dedi
Penulis
thumbnail-author
Beno Junianto
Editor
Bagikan
Timsar Evakuasi Korban KMP Tunu Pratama Jaya Timsar Evakuasi Korban KMP Tunu Pratama Jaya (Dok. SAR)

Ntvnews.id, Jakarta - Tragedi tenggelamnya kapal feri KMP Tunu Pratama Jaya di perairan Selat Bali memunculkan banyak pertanyaan soal kelayakan operasional kapal. Namun, pihak otoritas pelabuhan memastikan bahwa kapal tersebut masih dalam kondisi laik laut sebelum insiden terjadi pada Rabu tengah malam.

KMP Tunu Pratama Jaya diketahui merupakan kapal jenis Roro dengan kapasitas Gross Tonnage (GT) 734. Kapal ini memiliki panjang 63 meter, lebar 12 meter, dan kedalaman (draf) 2,5 meter. Dibuat pada tahun 2010, kapal ini sebenarnya masih tergolong muda untuk ukuran armada penyeberangan.

Sehari sebelum kejadian, tepatnya Rabu (2/7), kapal masih terlihat aktif melayani penyeberangan di rute Pelabuhan Ketapang, Banyuwangi, menuju Pelabuhan Gilimanuk, Bali.

Pihak Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Kelas III Tanjungwangi menegaskan bahwa kapal tidak menunjukkan tanda-tanda masalah teknis sebelum berlayar. Kepala KSOP Tanjungwangi, Purgana, menyebutkan bahwa semua dokumen dan izin operasional kapal dalam kondisi aktif.

“Masih layak jalan, doking masih bulan September sehingga kapal masih layak jalan. Surat-surat masih hidup dan melakukan pemeriksaan berkala,” tegas Purgana.

Kecelakaan terjadi pada Kamis dini hari, 3 Juli 2025 sekitar pukul 00.15 WITA, ketika sinyal darurat pertama kali diterima oleh petugas Pelabuhan Gilimanuk. Laporan menyebutkan bahwa kapal mengalami kebocoran pada mesin dan meminta pertolongan.

Hanya empat menit berselang, kapal dilaporkan mengalami blackout dan kehilangan daya sepenuhnya di tengah laut. Dalam manifes resmi, tercatat sebanyak 53 penumpang dan 12 kru kapal berada di atas kapal saat insiden terjadi. Selain itu, kapal juga mengangkut 22 kendaraan berbagai jenis.

Hingga lebih dari tiga jam setelah hilang kontak, tim SAR belum mendapatkan sinyal apapun dari kapal. Hasil koordinasi menyimpulkan bahwa kemungkinan 99,9 persen kapal sudah tenggelam. Sejumlah penumpang ditemukan dalam kondisi meninggal dunia, sementara proses pencarian lainnya masih berlangsung intensif.

“Sampai sejauh ini operasional pelabuhan berjalan normal,” tambah Purgana dalam keterangannya kepada media.

Salah satu tantangan utama dalam upaya evakuasi adalah kondisi gelombang tinggi di perairan Selat Bali yang menghambat pergerakan tim pencari. Meski begitu, sejumlah nelayan setempat turut dikerahkan untuk membantu proses pencarian korban yang masih hilang, termasuk sang nahkoda kapal, Agus Selamet, yang hingga kini belum ditemukan.

x|close