Ntvnews.id, Jakarta - Menteri Kebudayaan Fadli Zon menegaskan bahwa tragedi pemerkosaan dalam kerusuhan 1998 tetap dicatat dalam penulisan sejarah ulang.
"Tidak ada penghapusan. Jadi kita terus lanjutkan pada program penulisan ulang sejarah," ucap Fadli Zon disela acara Festival Gau Maraja Leang-Leang di Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan, Kamis, 3 Juli 2025.
Ia menyampaikan bahwa seluruh penjelasan terkait kasus pemerkosaan pada kerusuhan 1998 telah dipaparkan dalam rapat kerja bersama Komisi X DPR RI pada Rabu, 2 Juli 2025.
Meski menuai pro dan kontra, proses penulisan ulang sejarah nasional tetap dilanjutkan. Dalam upaya ini, pemerintah menggandeng 130 sejarawan dan guru besar dari 34 perguruan tinggi di Indonesia.
Diakui bahwa selama 26 tahun terakhir belum pernah dilakukan penulisan ulang sejarah, padahal sejarah memegang peranan penting dalam membentuk identitas bangsa.
Karena itu, ia menegaskan proses revisi sejarah tetap dilanjutkan meski memunculkan pro dan kontra di tengah masyarakat.
Tak hanya mencakup tragedi 1998, penulisan ulang ini juga memasukkan warisan masa lampau seperti tulisan purba di Goa Leang-Leang sebagai bagian dari narasi sejarah nasional.
"Tulisan tangan (manuscript) Leang-Leang itu sudah mendapat pengakuan dari peneliti internasional," ucap Fadli Zon.
Menanggapi hal tersebut, Bupati Maros HAS Chaidir Syam menyatakan kebanggaannya atas masuknya situs Leang-Leang dalam penulisan ulang sejarah nasional.
Menurutnya, Festival Budaya Gau Maraja Leang-Leang digelar sebagai bentuk upaya mengangkat kekayaan budaya dan nilai sejarah daerah ke kancah internasional.
Baca juga: Menteri HAM Dukung Penulisan Ulang Sejarah dengan Tone Positif
(Sumber: Antara)