Ntvnews.id, Beijing - Presiden ke-5 Republik Indonesia, Megawati Soekarnoputri, menyampaikan dorongan kepada China agar tidak hanya fokus pada kemajuan ekonomi dan politik, tetapi juga mengambil peran sebagai kekuatan moral global.
"Saya percaya, inilah saatnya China melangkah lebih jauh. Tidak hanya sebagai kekuatan ekonomi dan politik, tetapi juga sebagai kekuatan moral peradaban dunia," ujar Megawati di Wisma Negara Diaoyutai, Beijing, Kamis, 10 Juli 2025.
Megawati menyampaikan pandangannya sebagai pembicara pembuka dalam sesi pleno Dialog Peradaban Global yang bertema "Menjaga Keberagaman Peradaban Manusia demi Perdamaian dan Pembangunan Dunia", yang digagas oleh Komite Sentral Partai Komunis China (PKC) dan dihadiri oleh sekitar 600 delegasi dari 144 negara.
Ia juga mengajukan sebuah usulan untuk memperluas jangkauan kerja sama antarnegara Selatan Global dengan menggagas forum baru lanjutan dari Konferensi Asia Afrika (KAA).
Baca Juga: Tambang Nikel di Raja Ampat Ternyata Sejak Zaman Belanda: Didukung Soeharto-Megawati
"Saya ingin mengusulkan kepada Presiden Xi Jinping dan para pemimpin dunia yang hadir, agar bersama memprakarsai pertemuan lanjutan antar negara-negara Konferensi Asia Afrika dalam format yang lebih luas yaitu Konferensi Asia Afrika Plus, saat Konferensi Asia Afrika dilangsungkan pada 1955 hanya ada 29 negara peserta," ungkapnya.
Megawati menambahkan bahwa forum ini dapat menjadi wadah permanen bagi negara-negara di Asia, Afrika, dan Amerika Latin dalam membangun masa depan bersama yang lebih berkeadilan.
"Masa depan yang bebas dari ketimpangan, hegemoni, dan ketidakadilan struktural global. Di tengah tantangan zaman yang kian kompleks, mulai dari konflik geopolitik, krisis iklim, hingga revolusi teknologi dan informasi, dialog saja tidak lagi memadai," tambahnya.
Dalam pidatonya, Megawati juga menegaskan pentingnya menggali nilai-nilai fundamental yang membentuk peradaban dunia.
"Sejarah telah mengajarkan, jatuh bangunnya peradaban karena perilaku manusia juga. Saya percaya, masa depan dunia tidak ditentukan oleh kekuatan senjata, tetapi oleh keberanian untuk menjaga martabat manusia dan saya percaya, bangsa-bangsa yang dahulu bangkit dari penjajahan, seperti Indonesia dan China memiliki tanggung jawab sejarah untuk menjaga harapan itu tetap menyala, bertunas dan tumbuh," jelasnya.
Ia mengajak seluruh pihak untuk bersama-sama mewujudkan tatanan dunia baru yang berpihak pada semua bangsa.
"Dunia yang adil, dunia yang damai, dan dunia yang penuh hormat terhadap keberagaman. Dunia yang didiami oleh generasi ke generasi dalam keadaan berkehidupan yang aman dan damai. Kalau kita bersepakat berbuat 'Pasti kita bisa!'," kata Megawati.
Sementara itu, Sekretaris Sekretariat Komite Sentral PKC dan anggota Politbiro PKC, Cai Qi, dalam pidato pembukaan, mengungkapkan bahwa Inisiatif Peradaban Global yang digagas China berpijak pada budaya tradisional dan prinsip harmoni dalam keberagaman.
"Inisiatif Peradaban Global berakar pada budaya tradisional China dan berlandaskan prinsip mencari kesamaan dalam keberagaman dan hidup bersama dalam harmoni," tutur Cai Qi.
Tambang Nikel di Raja Ampat Ternyata Sejak Zaman Belanda: Didukung Soeharto-Megawati
Ia menyatakan bahwa nilai-nilai tersebut sejalan dengan banyak kebudayaan bangsa lain yang menjunjung tinggi keberagaman serta mendukung prinsip-prinsip dalam Piagam PBB.
"Nilai-nilai ini sejalan dengan budaya banyak negara lain yang menjunjung keberagaman, serta sangat selaras dengan tujuan dan prinsip Piagam PBB. Pada tahun lalu, Sidang Majelis Umum PBB ke-78 mengadopsi resolusi untuk menetapkan 10 Juni sebagai Hari Internasional Dialog Peradaban, yang sangat penting untuk mendorong implementasi partisipasi global dalam inisiatif ini," kata Cai Qi.
Ia juga menyampaikan komitmen China dalam memperluas pertukaran antarwarga dunia.
"China akan memperkuat kerja sama bilateral dan multilateral di bidang budaya, pendidikan, seni, teknologi, dan ekonomi. Dalam lima tahun ke depan, China akan menyelenggarakan 200 program pelatihan internasional untuk mendukung pertukaran budaya dan rekonstruksi peradaban," ungkapnya.
Cai Qi menutup pidatonya dengan peribahasa Tiongkok yang menggambarkan ketangguhan peradaban.
"Sungai besar tetap mengalir walau menghadapi gelombang dan rintangan", ungkapnya, sambil menekankan bahwa interaksi antarperadaban adalah bagian dari sejarah besar umat manusia.
Forum "Global Civilizations Dialogue" tersebut juga dihadiri oleh sejumlah tokoh penting dari PKC, seperti Yin Li (Sekretaris Komite PKC Beijing) dan Li Shulei (Kepala Departemen Publikasi PKC).
Megawati didampingi oleh Ahmad Basarah dan Olly Dondokambey dari PDIP, serta sejumlah tokoh lainnya seperti Darmansjah Djumala (Dewan Pakar BPIP), Dubes RI Djauhari Oratmangun, dan pengamat pertahanan Connie Rahakundini Bakrie.
Selain Megawati, sejumlah mantan pemimpin negara juga hadir sebagai pembicara, antara lain mantan Presiden Namibia Nangolo Mbumba, mantan PM Jepang Yukio Hatoyama, mantan PM Belgia Yves Leterme.