Ntvnews.id, Jakarta - Kelompok pemberontak Houthi kembali menimbulkan kekacauan di jalur pelayaran internasional. Kali ini, mereka berhasil menenggelamkan kapal kargo Eternity C yang sedang dalam pelayaran menuju pelabuhan di Israel, tepatnya di perairan Laut Merah.
Kapal Eternity C yang berbendera Liberia pada Rabu, 9 Juli 2025, sedang membawa muatan dari Uni Emirat Arab ke Israel.
Pihak Houthi sempat memberikan peringatan kepada kapal tersebut agar menghentikan pelayaran. Namun karena dianggap mengabaikan peringatan itu, mereka meluncurkan serangan dengan berbagai jenis senjata.
Serangan tersebut menyebabkan kerusakan parah pada kapal, yang kemudian mulai kemasukan air dan akhirnya tenggelam di Laut Merah.
Baca Juga: Ancaman Houthi Yaman ke Amerika yang Bantu Israel Serang Iran
Dari total 25 awak kapal, 4 orang dilaporkan meninggal dunia, 15 lainnya masih dalam pencarian, dan 6 orang berhasil diselamatkan terdiri dari lima warga negara Filipina dan satu warga India. Operasi penyelamatan saat ini terus dilaksanakan oleh kapal-kapal dari misi maritim Eropa dan sejumlah negara Teluk.
Dalam keterangannya, juru bicara militer Houthi menyatakan bahwa kapal tersebut menjadi sasaran karena membawa barang-barang untuk keperluan Israel.
Serangan itu diklaim sebagai bentuk dukungan terhadap perjuangan rakyat Palestina di Gaza, serta upaya menekan Israel agar menghentikan operasi militernya di wilayah tersebut.
Houthi juga menegaskan akan meningkatkan intensitas serangan terhadap kapal-kapal yang diyakini memiliki keterkaitan langsung maupun tidak langsung dengan Israel, tanpa memandang negara asal bendera kapal.
Baca Juga: AS Serang 5 Lokasi Penyimpanan Senjata Bawah Tanah Milik Houthi di Yaman
Diketahui bahwa sejak akhir tahun 2023, kelompok Houthi yang bermarkas di Yaman telah melancarkan serangkaian serangan terhadap kapal-kapal yang melintas di Laut Merah, Laut Arab, Selat Bab al-Mandab, dan Teluk Aden. Aksi-aksi ini dilakukan sebagai bentuk solidaritas atas serangan Israel di Gaza.
Rentetan serangan tersebut telah mengganggu jalur perdagangan internasional, dan menimbulkan kekhawatiran bahwa Laut Merah—yang merupakan salah satu jalur pelayaran paling krusial di dunia—kian berubah menjadi wilayah konflik.
Berdasarkan data terbaru, lebih dari 57.700 korban jiwa tercatat akibat serangan militer Israel di Gaza. Angka inilah yang disebut-sebut oleh Houthi sebagai pembenaran untuk terus menyerang kapal-kapal yang dicurigai terkait dengan Israel atau para sekutunya.