Ntvnews.id, Jakarta - Kekejaman kelompok separatis Organisasi Papua Merdeka (OPM) ternyata bukan hanya menyasar masyarakat Papua maupun aparat. Tapi juga terhadap sesama anggota OPM sendiri.
Karena itu, tak tahan dengan kekejian dari pimpinan OPM, empat anggota OPM wilayah Kabupaten Puncak, Papua Tengah pimpinan Kalenak Murib dan Tenius Kulua, akhirnya memilih keluar. Mereka memutuskan kembali bergabung ke NKRI.
Dua dari empat anggota OPM yang bernama Yopi Tambuni da Erenus Tabuni alias Sembilan, bahkan masih berusia di bawah umur, tepatnya baru 16 tahun. Sementara dua orang lainnya bernama Kilistus Murib dan Endan Tabuni alias Petiago, yang saat ini berusia 19 tahun. Keduanya mengaku direkrut paksa oleh kelompok tersebut saat masih belia.
Panglima Komando Operasi (Pangkoops) Habema, Mayjen TNI Lucky Avianto, menyebut keempat anggota OPM itu didampingi oleh keluarga, pendeta, tokoh adat dan perwakilan pemerintah daerah setempat, mendatangi Koramil 1717-02/Sinak Kabupaten Puncak, Provinsi Papua Tengah. Mereka datang untuk melaksanakan ikrar dan sumpah setia kepada NKRI.
“Syukur alhamdulillah, puji Tuhan, kemarin, dengan tekad, kesadaran dan keinginan diri sendiri, empat orang anggota OPM kembali ke pangkuan Ibu Pertiwi, Negara Kesatuan Republik Indonesia, NKRI,” ujar Lucky, Jumat, 11 Juli 2025.
Ia mengatakan, kedatangan empat anggota OPM yang ingin kembali ke NKRI ini, disambut dengan suka-cita oleh Wakil Komandan (Wandan) Satgas Y-700, Kapten Infanteru Finsa Wahyu Hariyono, beserta pasukan Koops Habema dan masyarakat sekitar Koramil 1717-02/Sinak Kabupaten Puncak, Provinsi Papua Tengah.
Tanpa ragu, keempat anggota OPM yang telah membuang seragam, atribut serta identitasnya sebagai OPM dari tubuhnya, langsung mencium bendera Merah Putih serta melakukan ikrar serta sumpah setia kepada NKRI, dengan cara keagamaan Nasrani.
Kepada Pasukan Koops Habema, mereka menceritakan kekejian serta sadisnya kelompok Tenius Kulua dan Kalenak Murib, yang selalu menyebar teror mulai dari membakar gereja, sekolah dan pusat kesehatan masyarakat, atau merampok harta benda, serta mencuri hasil ternak dan bumi warga.
Lucky pun menyebut jika pentolan OPM dan anggotanya, seringkali memperkosa wanita desa, melukai, bahkan tidak segan-segan membunuh masyarakat yang mereka tuduh sebagai mata-mata. Termasuk kepada orang asli Papua (OAP) yang menolak mengikuti gerakan separatis mereka.
“Dari saudara kita ini, kami memperoleh informasi jika terjadi perselisihan antara Kalenak Murib dan Tenius Kulia dengan anggotanya sendiri, di mana pentolan OPM ini dengan sesuka hatinya saja, menembak mati tiga anggotanya tersebut,” ungkap Lucky.
Ia mengungkapkan, jika Kalenak Murib dan Tenius Kulia juga menyerang hingga melukai 3 anggota OPM lainya, serta membakar 11 unit Honai milik anggota yang selama ini mendukungnya.
“Satu hal yang pasti, sifat humanis, humoris dan humble-nya personel Pasukan Koops Habema sehingga sangat dekat dengan masyarakat Papua, lambat laun membuka mata dan menarik simpatik anggota OPM,” ujar Lucky.
“Apalagi personel kita senantiasa ikut aktif dalam berbagai kegiatan masyarakat, mulai dari upacara adat, pernikahan, pembangunan sarana-prasarana umum, hingga menjadi guru sekolah bagi anak-anak Papua. Bahkan hal-hal kecil sekalipun, masyarakat yang meminta rambutnya dicukur, juga dilayani dengan baik dan senang hati oleh Koops Habema,” imbuh Lucky yang merupakan peraih Adhi Makayasa Akademi Militer tahun 1996.