Ntvnews.id, Jakarta - Menteri Sekretaris Negara Prasetyo Hadi menepis dugaan bahwa kenaikan tarif impor Amerika Serikat terhadap produk Indonesia berkaitan dengan keanggotaan penuh Indonesia dalam BRICS. Ia menilai bahwa kebijakan tersebut bukan hanya menyasar Indonesia dan sudah dirancang sejak lama.
"Kalau menurut pendapat kami sesungguhnya tidak ada. Karena itu kan kalau saudara-saudara perhatikan kan tidak hanya berlaku untuk Indonesia akan begitu," jelas Prasetyo di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Jumat, 11 Juli 2025.
Ia juga menjelaskan bahwa tarif yang dikenakan oleh AS telah diputuskan jauh sebelum Indonesia resmi menjadi anggota penuh BRICS.
"Dan pengenaan tarif 32% itu pun kan jauh-jauh hari sebelum kita dinyatakan menjadi anggota penuh BRICS. Saya pikir nggak ada hubungannya gitu," tambahnya.
Baca Juga: Di Tengah Negosiasi Tarif Trump, Indonesia Kebut Kerja Sama Dagang dengan Eropa
Terkait kemungkinan Presiden Prabowo bertemu langsung dengan Presiden AS Donald Trump untuk membahas persoalan tersebut, Prasetyo membuka peluang, meski belum ada kepastian jadwal.
"Ada," ujarnya singkat saat ditanya soal kemungkinan pertemuan.
Namun ketika didesak apakah sudah ada rencana pertemuan, ia menjawab, "Ada, tapi saya belum bisa memastikan kapan."
"Untuk sementara tidak ya. Karena apa yang sejak beberapa waktu yang lalu disampaikan tawaran tersebut kita merasa sebenarnya itu sudah menjawab apa yang menjadi tuntutan dari atau kehendak dari teman-teman AS," tegasnya.
Baca Juga: Indonesia dan 13 Negara Lainnya Kena Tarif Trump 25-40 Persen
Mengenai apakah pertemuan Presiden Prabowo dan Presiden Trump akan bergantung pada hasil negosiasi, Prasetyo menyatakan belum ada kepastian.
"Belum. Belum diatur jadwalnya, belum," katanya.
Namun ia menegaskan bahwa keinginan untuk menjalin dialog tetap ada. "Ya, sebagai sebuah upaya tentu ada. Tapi belum dipastikan untuk akan adanya pertemuan dengan Presiden Trump," pungkas Prasetyo.