Ntvnews.id, Bangkok - Sebuah skandal seks mengguncang Thailand setelah salah satu biksu senior, Phra Thep Wachirapamok, dilaporkan menghilang secara misterius dari kuilnya yang terletak di pusat kota Bangkok.
Penyelidikan atas hilangnya biksu tersebut justru membuka tabir dugaan hubungan terlarang, kasus pemerasan, transaksi keuangan mencurigakan, dan dugaan keterlibatan beberapa tokoh agama Buddha terkemuka di Thailand.
Dilansir dari dari The Guardian, Kamis, 17 Juli 2025, aparat kepolisian Thailand menyatakan bahwa hasil penyelidikan mengarah pada seorang wanita bernama Wilawan Emsawat. Ia diduga menjalin relasi seksual dengan sejumlah biksu senior dan kemudian melakukan pemerasan agar rahasia hubungan tersebut tidak terbongkar.
Baca Juga: Heboh Biksu Ditangkap Usai Diduga Gelapkan Dana Ratusan Milyar
Saat rumah Wilawan digeledah, petugas menemukan puluhan ribu file berupa foto dan video kompromi yang diyakini menampilkan Phra Thep Wachirapamok beserta tokoh agama lainnya.
"Kami memeriksa jejak keuangannya dan menemukan bahwa hal ini melibatkan banyak kuil," kata Jaroonkiat Pankaew, pejabat dari Biro Investigasi Pusat Polisi Thailand, dalam konferensi pers pada Selasa lalu.
Wilawan ditangkap pada hari yang sama dan dijerat dengan berbagai tuduhan, termasuk pemerasan, pencucian uang, serta kepemilikan barang hasil kejahatan.
Dalam sebuah wawancara dengan media Thailand yang ditayangkan pada Rabu, Wilawan mengaku memiliki relasi pribadi dengan dua biksu serta seorang profesor agama.
Ia juga mengungkap bahwa dirinya menerima berbagai hadiah mewah, seperti mobil Mercedes-Benz SLK200, serta dana dalam bentuk transfer bank dan kartu dengan jumlah mencapai jutaan baht.
Pihak kepolisian mencatat bahwa dalam tiga tahun terakhir, Wilawan menerima aliran dana sekitar 385 juta baht (sekitar Rp200 miliar) ke rekening pribadinya.
Wilawan juga mengakui bahwa sebagian dari dana tersebut sempat diberikan kepada salah satu biksu yang merupakan pasangannya.
Sembilan biksu kehilangan jubah
Imbas dari skandal ini, sembilan biksu dan pimpinan kuil harus dicopot dari jabatan dan dicabut status kebiksuannya.
Salah satu biksu bahkan telah dijerat dua dakwaan: menyalahgunakan wewenang serta melakukan penggelapan dana kuil. Ia mengaku menggunakan dana kuil untuk mendukung usaha milik Wilawan.
Publik memberikan perhatian besar terhadap kasus ini karena memperlihatkan kontras tajam dengan nilai-nilai dalam ajaran Buddha Theravada, yang mengharuskan para biksu menjalani hidup selibat serta menjauhi kesenangan duniawi.
"Ini pertama kalinya saya melihat skandal sebesar ini," ucap Paiwan Wannabud, seorang mantan biksu yang kini dikenal sebagai influencer LGBT di Thailand.
Paiwan juga menekankan bahwa perempuan justru menjadi sorotan dalam kasus ini, sementara para biksu cenderung diperlakukan sebagai korban.
"Ketika kemerosotan moral para biksu terlihat jelas, yang disalahkan justru perempuannya," tulis kolumnis Bangkok Post, Sanitsuda Ekachai.
Ia mengkritisi struktur keagamaan yang menurutnya bersifat feodal, di mana para biksu hidup dalam kemewahan dan menerima penghormatan berlebih dari masyarakat.
Baca Juga: Viral Rombongan Biksu Thudong Singgah di Masjid Temanggung, Ngapain?
Meski secara resmi biksu Thailand menerima tunjangan makan bulanan berkisar 2.500 hingga 34.200 baht (sekitar Rp1,1 juta hingga Rp15 juta) tergantung pangkat, kenyataannya banyak dari mereka memperoleh sumbangan dalam jumlah besar dari umat.
Biksu berpangkat tinggi bahkan kerap mendapatkan donasi bernilai puluhan ribu baht atau lebih, termasuk dalam bentuk barang-barang mewah.
Dalam insiden berbeda yang baru-baru ini terjadi, seorang kepala kuil ternama di Bangkok melaporkan kehilangan uang tunai serta emas batangan senilai 10 juta baht (sekitar Rp4,5 miliar) dari ruang pribadinya.
Tindakan pemerintah Thailand
Sebagai respons terhadap krisis ini, Perdana Menteri sementara Thailand, Phumtham Wechayachai, memerintahkan evaluasi ulang terhadap peraturan tentang biksu dan pengelolaan keuangan kuil.
Kantor Nasional Urusan Buddhisme turut mengusulkan pengaktifan kembali rancangan undang-undang yang mengatur sanksi pidana bagi pelaku yang mencemarkan nama baik agama Buddha melalui tindakan asusila.
Sebagai tindakan langsung, Raja Thailand Maha Vajiralongkorn menerbitkan dekret kerajaan pada Selasa lalu untuk membatalkan penganugerahan gelar keagamaan bagi puluhan biksu senior.
Selain itu, polisi Thailand kini membuka kanal khusus di Facebook untuk menerima laporan masyarakat mengenai kasus serupa yang melibatkan anggota sangha.
"Mereka telah tersesat dalam nafsu dan hasrat mereka sendiri," ujar Paiwan.