Ntvnews.id, Jakarta - Informasi pada artikel bukan ditujukan guna menginspirasi untuk melakukan tindakan yang sama. Jika Anda merasakan gejala depresi dengan kecenderungan pemikiran untuk bunuh diri, segera konsultasikan permasalahan Anda ke psikolog, psikiater, maupun klinik kesehatan mental.
Suara duka kembali menggema di media sosial setelah seorang ibu membagikan kisah tragis anak lelakinya, G, yang memilih mengakhiri hidup akibat tak sanggup lagi melawan penyakit gagal ginjal yang dideritanya.
Kisah ini menyayat hati siapa pun yang membacanya. G bukan hanya bergulat dengan rasa sakit fisik, tetapi juga luka batin yang teramat dalam larena merasa menjadi beban, ditinggalkan kekasih, dan kehilangan harapan.
Sepucuk surat tulisan tangan yang ditemukan di kamarnya menjadi saksi bisu akhir perjuangannya. Dalam goresan yang penuh luka dan keputusasaan, G meminta maaf kepada sang ibunda karena telah memilih jalan tersebut.
"Mah, pak, maaf aku. Aku capek, badanku sakit, hatiku lebih sakit,” tulisnya.
Ia memulai suratnya dengan permohonan maaf, menumpahkan isi hatinya yang lelah. Penyakit gagal ginjal telah mengubah hidupnya secara drastis, merampas kebahagiaan dan segala yang dulu ia miliki.
"Gagal ginjal ini mengambil semuanya dari aku. Kerjaan, teman-temanku, bahkan orang yang katanya sayang," tulisnya, mengungkap kehilangan beruntun yang ia alami.
Dalam surat itu pula, G mengakui bahwa hanya kedua orang tuanya yang tetap ada di sisinya. Namun rasa syukur itu berubah menjadi beban dalam pikirannya. Ia merasa kehadirannya justru menjadi sumber penderitaan orangtuanya.
"Sekarang cuma kalian yang masih ada, tapi aku malah jadi beban. Aku enggak mau kalian terus lihat aku menderita," lanjutnya.
Pilihan tragis yang diambil G bukan karena kelemahan semata, tapi lebih karena keputusasaan yang menumpuk dan rasa bersalah yang ia pikul sendirian. Di akhir suratnya, G menuliskan kalimat perpisahan yang menyayat hati.
"Maaf kalau ini cara ku pergi. Terima kasih sudah selalu ada meski aku nggak pantas. Doain aku yaa!" tutupnya.
Sang ibu, yang membaca surat itu setelah kepergian putranya, hanya bisa merintih pilu. Ia mengunggah foto surat itu ke media sosial.
"Ya Allah sakit banget bacanya,” kata sang ibunda.
Dalam unggahan lainnya, sang ibu menyampaikan penyesalan yang mendalam, merasa kurang peka terhadap penderitaan anaknya selama ini. Di depan pusara putranya, ia tak kuasa menahan tangis.
"Maaf mama, papa ya nak. Selama ini kurang peka dengan keadaanmu. Andaikan waktu bisa diputar kembali pasti tidak akan terjadi seperti ini,” ucapnya lirih.