Ntvnews.id, Tasikmalaya - Aksi pembunuhan tragis yang melibatkan dua orang lanjut usia menggemparkan warga Tasikmalaya. Seorang pria berinisial A (70), warga Kampung Cilongkeang, Desa Dirgahayu, Kecamatan Kadipaten, diduga membunuh Karna (96), tetangganya sendiri yang juga seorang veteran, dengan cara membabi buta.
Peristiwa berdarah itu terjadi pada Kamis, 31 Agustus 2025. Korban ditemukan tewas dengan luka bacokan parah di kepala. Tanpa alasan jelas, A secara brutal menyerang Karna, yang selama ini dikenal sebagai sosok sepuh yang dihormati di lingkungan tempat tinggalnya.
Pascakejadian, polisi segera mengevakuasi jenazah korban ke RS Sartika Asih Bandung untuk autopsi, sebelum akhirnya diserahkan kepada keluarga untuk dimakamkan pada Jumat, 1 Agustus 2025.
Menyikapi kejadian tersebut, pihak kepolisian memutuskan membawa A ke Rumah Sakit Jiwa untuk pemeriksaan mendalam. Hal ini dilakukan guna mengetahui kondisi psikologis pelaku yang menunjukkan perilaku tidak biasa.
"Kami akan mengirim yang bersangkutan ke RSJ Cisarua Bandung, direncanakan selama 14 hari dia akan menjalani pemeriksaan kesehatan," ujar Kasat Reskrim Polres Tasikmalaya Kota, AKP Herman Saputra, Senin, 4 Agustus 2025.
Saat ini A masih ditahan di sel khusus Mapolres Tasikmalaya. Namun proses pemindahan ke RSJ masih menunggu kelengkapan dokumen. Polisi juga mengungkap temuan mengejutkan selama penyelidikan.
A ternyata menyimpan sebuah daftar berisi nama-nama orang yang ia curigai sebagai pencuri yang disebut sebagai "death note". Dalam daftar tersebut, terdapat tujuh nama, dan Karna adalah target terakhir.
"Ada beberapa nama yang ditulis dan disebut sama pelaku itu, calon yang akan dibunuh sama dia, karena di otak (pikiran) dia, mereka itu pencuri. Sampai ditulis ada 7 orang yang harus dia bunuh, termasuk korban di daftar terakhir yang dia ditulis, di otak dia kalau pencuri harus dibunuh," ungkap Herman.
A dikenal warga sebagai sosok yang tempramental dan sering menunjukkan sikap agresif. Menurut Endang, menantu korban, konflik antara A dan keluarganya telah lama terjadi, terutama terkait kepemilikan kebun.
Tak hanya itu, A kerap menunjukkan sikap paranoid dan overprotektif terhadap barang-barang miliknya. Ia bahkan pernah membongkar toren air milik anaknya karena takut dicuri.
"Anaknya masang toren (penampungan air) di depan rumah, sama dia dibongkar dan dipaksa dimasukkan ke dalam rumah, karena takut ada yang mencuri. Orang sering lewat depan rumahnya ditempeleng, sama dituduh mau mencuri," lanjut Endang.
"Pokoknya kami semua menolak dia kembali ke lingkungan kami. Cukup mertua saya saja yang jadi korban. Kami sudah sangat lelah dengan perilakunya," tegas Endang.