Wamenkomdigi: Konten Video AI Meyakinkan Tapi Palsu, Bahaya dan Menyesatkan

NTVNews - Berita Hari Ini, Terbaru dan Viral - 27 Agu 2025, 08:30
thumbnail-author
Deddy Setiawan
Penulis
thumbnail-author
Siti Ruqoyah
Editor
Bagikan
Kepala PCO Hasan Nasbi dan Wamenkomdigi Angga Raka Prabowo Kepala PCO Hasan Nasbi dan Wamenkomdigi Angga Raka Prabowo (ANTARA)

Ntvnews.id, Jakarta - Munculnya konten manipulatif hasil rekayasa kecerdasan buatan (AI) di media sosial kini menjadi perhatian serius pemerintah. Wakil Menteri Komunikasi dan Digital, Angga Raka Prabowo, menyoroti dampak luas dari konten-konten tersebut terhadap iklim demokrasi di Indonesia.

Angga mengungkapkan bahwa fenomena disinformasi, fitnah, dan ujaran kebencian yang dibungkus dalam konten AI makin marak, terutama di tengah situasi politik yang dinamis. Salah satu contoh yang ia singgung adalah beredarnya video manipulatif terkait aksi demonstrasi di depan kompleks parlemen beberapa waktu lalu.

Baca juga: Wamenkomdigi: Platform X Tidak Punya Kantor di Indonesia, Harusnya Mereka Patuh Hukum

“Banyak konten (AI) yang terlihat meyakinkan tapi sebenarnya palsu. Ini berbahaya karena bisa memutarbalikkan persepsi publik dan bahkan menyesatkan,” ujar Angga kepada wartawan di kantor PCO, Selasa malam.

Menurutnya, rekayasa digital semacam ini mampu mereduksi makna asli dari aspirasi masyarakat yang disuarakan dalam aksi nyata.

Angga menyebut bahwa tantangan terbesar bukan hanya soal kecepatan penyebaran hoaks, tetapi juga bagaimana masyarakat dapat mengenali dan memverifikasi kebenaran informasi. Ia menyebut fenomena ini sebagai ancaman nyata terhadap demokrasi.

Pemerintah, lanjutnya, tengah menyusun strategi kolaboratif dengan berbagai pemangku kepentingan, termasuk platform media sosial, untuk memastikan bahwa ruang digital tetap sehat dan tidak dijadikan lahan subur bagi penyebaran konten manipulatif.

Kepala PCO Hasan Nasbi san Wamenkomdigi Angga Raka <b>(NTVnews.id/Deddy Setiawan)</b> Kepala PCO Hasan Nasbi san Wamenkomdigi Angga Raka (NTVnews.id/Deddy Setiawan)

“Kami ingin platform punya sistem deteksi otomatis. Mereka seharusnya bisa membedakan mana konten asli dan mana hasil manipulasi. Kalau terdeteksi hoaks berbasis AI, ya harus segera ditindak,” jelas Angga.

Ia juga menekankan bahwa kebijakan penurunan (take down) konten tidak dimaksudkan untuk membungkam kritik publik. Pemerintah tetap membuka ruang kritik, namun tidak mentolerir penyebaran kebohongan yang bisa memecah belah.

“Demokrasi itu tentang keterbukaan, tapi juga tentang tanggung jawab. Konten-konten palsu yang mengatasnamakan kebebasan berekspresi justru bisa merusak sendi-sendi demokrasi itu sendiri,” katanya.

Angga juga menegaskan bahwa pemerintahan di bawah Presiden Prabowo berkomitmen untuk menjaga kebebasan berpendapat, sambil tetap menjaga integritas informasi yang beredar.

“Kritik itu penting, kami terbuka. Tapi mari kita pisahkan kritik konstruktif dengan konten provokatif yang tidak berdasar,” tegasnya.

Dengan teknologi AI yang semakin canggih, tantangan menjaga kualitas ruang digital ke depan tak akan mudah. Namun, Angga optimistis bahwa dengan kolaborasi antara pemerintah, platform digital, dan masyarakat, ruang digital Indonesia dapat tetap menjadi tempat yang aman dan mencerdaskan.

x|close