Ntvnews.id, Jakarta - Kementerian Kehutanan (Kemenhut) berencana memanfaatkan kemajuan teknologi untuk mendukung peningkatan populasi satwa yang terancam punah. Salah satu teknologi yang akan diterapkan adalah
Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE) Kemenhut, Satyawan Pudyatmoko, dalam pernyataannya di Jakarta pada Senin, mengatakan bahwa pemerintah menargetkan pertumbuhan populasi berbagai satwa dilindungi. Beberapa yang menjadi prioritas adalah badak jawa (Rhinoceros sondaicus), badak sumatera (Dicerorhinus sumatrensis), serta badak kalimantan, yang sebenarnya merupakan spesies yang sama dengan badak sumatera.
Satyawan menyebutkan bahwa penerapan ART dan biobank bukanlah hal baru di dunia konservasi. Secara internasional, teknologi ini telah diterapkan, termasuk dalam program penyelamatan badak putih (Ceratotherium simum) di Afrika.
"Baru nanti dimasukkan ke surrogate mother, dilahirkan untuk menyelamatkan badak sumatera yang ada di Kalimantan," jelasnya.
Bank hayati sendiri merupakan fasilitas penyimpanan materi genetik dari spesies-spesies langka yang menghadapi risiko kepunahan. Data genetik ini nantinya akan dimanfaatkan dalam proses ART guna mendukung kelahiran individu baru dari spesies yang terancam.
Lebih lanjut, Satyawan menegaskan bahwa penggunaan teknologi ini menjadi penting karena sejumlah satwa memiliki populasi yang sangat terbatas dan tersebar di wilayah yang terpisah-pisah. Kondisi ini juga dialami oleh badak jawa, di mana hasil kajian terakhir menunjukkan tingkat perkawinan sedarah (inbreeding) telah mencapai 58 persen.
Sebagai bagian dari upaya mengurangi risiko tersebut, pemerintah telah meluncurkan program translokasi untuk badak jawa. Langkah ini dimulai pada 29 Agustus melalui inisiatif bertajuk "Operasi Merah Putih", yang bertujuan memindahkan sebagian populasi badak dari Semenanjung Ujung Kulon ke kawasan Javan Rhino Study and Conservation Area (JRSCA) di Desa Ujungjaya, Kabupaten Pandeglang. Lokasi baru ini masih berada dalam wilayah Taman Nasional Ujung Kulon.
Sebanyak dua individu badak jawa—jantan dan betina—akan dipindahkan dalam program ini. Mereka dipilih secara khusus karena memiliki hubungan kekerabatan yang jauh, agar peluang terjadinya inbreeding bisa ditekan. Selanjutnya, teknologi ART dan dukungan bank hayati akan dimanfaatkan untuk mendorong kelahiran anak badak baru dari pasangan tersebut.
"Jadi ambilnya tidak acak. Kita ambil individunya sehingga nanti ketika dia dikawinkan mereka berkerabat jauh," kata Satyawan.
(Sumber: Antara)