Cek Fakta: Benarkah Endorse Selebriti Ratusan Juta untuk Redam Demo?

NTVNews - Berita Hari Ini, Terbaru dan Viral - 4 Sep 2025, 16:01
thumbnail-author
Dedi
Penulis
thumbnail-author
Siti Ruqoyah
Editor
Bagikan
Jerome Polin Jerome Polin (Instagram)

Ntvnews.id, Jakarta - Isu adanya “endorse” bernilai ratusan juta rupiah untuk sejumlah selebriti agar meredam aksi demonstrasi tengah ramai dibicarakan di media sosial. Salah satu yang ikut menyoroti hal ini adalah akun Instagram @tanyapolisi yang mengunggah kreator konten Jerome Polin.

Melalui unggahan di akun media sosial Jerome menampilkan tangkapan layar tawaran kerja sama mencurigakan yang dikirim ke tim manajemennya. Isi pesan tersebut menawarkan bayaran besar bagi influencer untuk membuat narasi seolah situasi tetap kondusif di tengah gelombang kritik publik.

“Uang rakyat dipake buat bikin narasiz untuk pencitraan seolah semua baik2 saja. Jangan sampai lengah, jangan terpecah belah, kawal terus,” tulis Jerome dalam unggahannya.

Ia juga mengimbau rekan-rekan sesama kreator agar tidak tergoda tawaran serupa. Namun, setelah ditelusuri lebih jauh, kejanggalan dalam data tawaran tersebut justru memperlihatkan indikasi kuat bahwa pesan itu bukan asli.

Salah satu identitas yang dicantumkan bahkan mencatatkan tanggal lahir tahun 2014, yang artinya pemilik data masih berusia 10 tahun dan tentu mustahil dijadikan identitas resmi pengirim tawaran kerja sama bernilai miliaran.

Baca Juga: Ditangkap Bareskrim, Laras Faizati Dipecat dari Kantor ASEAN

Baca Juga: Potongan Jasad Korban Heli Jatuh di Kalsel Mulai Dievakuasi Tim SAR

Pengamat komunikasi menilai pola ini sesuai dengan definisi black propaganda menurut Harold D. Lasswell (1927). Ciri-cirinya antara lain sumber disamarkan, isi pesan provokatif dan absurd, serta bertujuan menimbulkan kecurigaan.

Bila diuji dengan kerangka teori tersebut, tawaran endorse ini memenuhi semua unsur propaganda hitam:

  • Penyamaran sumber: identitas palsu dengan data yang tidak logis.
  • Isi absurd: tawaran ratusan juta rupiah sekali posting hanya lewat pesan singkat.
  • Tujuan provokatif: publik diarahkan untuk percaya ada “tawaran kotor”, sehingga muncul amarah dan distrust.

Dampak di Lapangan

Meski pesan itu tidak kredibel, efeknya nyata. Narasi yang beredar memicu reaksi emosional di kalangan publik maupun influencer. Akibatnya, postingan dengan nada positif atau menyejukkan sering langsung dicurigai sebagai “buzzer bayaran”.

Hal ini berpotensi membuat masyarakat enggan bersuara dengan tenang karena takut dituduh menerima bayaran. Setelah itu, muncul tren komentar “buzzer” di postingan yang sebenarnya menyampaikan fakta benar.

Klaim adanya tawaran endorse ratusan juta rupiah untuk meredam demo belum terbukti. Data yang ditampilkan justru janggal dan cenderung dibuat untuk memancing emosi publik. Dengan kata lain, pesan tersebut lebih dekat pada praktik propaganda hitam daripada fakta riil di lapangan.

Masyarakat diimbau tetap kritis, namun juga waspada agar tidak terjebak pada narasi yang sengaja disebarkan untuk menimbulkan perpecahan.

x|close