Kemlu RI Tanggapi Meninggalnya Mahasiswa Indonesia di Austria Saat Dampingi Pejabat

NTVNews - Berita Hari Ini, Terbaru dan Viral - 9 Sep 2025, 11:30
thumbnail-author
Satria Angkasa
Penulis
thumbnail-author
Tasya Paramitha
Editor
Bagikan
Ilustrasi Wina, ibukota Austria, Sabtu (5/10/2024). ANTARA/Anadolu/py/am. Ilustrasi Wina, ibukota Austria, Sabtu (5/10/2024). ANTARA/Anadolu/py/am. (Antara)

Ntvnews.id, Jakarta - Kementerian Luar Negeri (Kemlu) RI mengonfirmasi bahwa seorang mahasiswa Indonesia, Muhammad Athaya Helmi Nasution, meninggal dunia di Wina, Austria, ketika sedang mendampingi kunjungan pejabat RI ke negara tersebut pada akhir Agustus lalu.

Direktur Pelindungan WNI Kemlu RI, Judha Nugraha, menjawab pertanyaan wartawan pada Selasa, 9 September 2025 dan menjelaskan bahwa Athaya merupakan mahasiswa Universitas Hanze, Groningen, Belanda. Ia wafat ketika turut mendampingi delegasi pejabat RI dalam pertemuan dengan otoritas Austria.

Judha menuturkan, setelah Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Wina menerima kabar pada 27 Agustus 2025 mengenai meninggalnya Athaya, pihak KBRI segera melakukan komunikasi dengan berbagai instansi terkait serta memberikan bantuan pengurusan jenazah hingga proses pemulangan ke tanah air.

“KBRI Wina telah melakukan koordinasi dengan otoritas setempat, dan diperoleh informasi bahwa berdasarkan hasil otopsi, almarhum meninggal karena dugaan kejang atau suspected seizure,” kata Judha.

Ia menambahkan, KBRI Wina juga membantu keluarga dengan layanan kekonsuleran berupa pengurusan dokumen, koordinasi dengan pihak berwenang setempat, serta pemulasaran jenazah yang dibantu komunitas Islam Indonesia di Wina.

“Sesuai permintaan keluarga, jenazah almarhum telah dipulangkan ke tanah air pada 4 September 2025,” ujar Judha.

Baca Juga: Kemlu RI Tingkatkan Pengamanan untuk Keluarga Staf KBRI yang Tewas Ditembak di Peru

Kemlu RI, lanjutnya, menyampaikan rasa duka cita yang mendalam atas wafatnya Athaya. Judha juga menegaskan bahwa keterlibatan mahasiswa sebagai panitia pendamping kunjungan pejabat RI tersebut sepenuhnya dikelola oleh pihak event organizer (EO) dari Indonesia.

Peristiwa meninggalnya Athaya saat bertugas di Wina memantik perhatian luas publik, termasuk dari Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Belanda. Organisasi tersebut merilis pernyataan sikap pada 8 September melalui media sosial.

Dalam pernyataannya, PPI Belanda menyebut bahwa Athaya, yang juga merupakan anggota mereka, kemungkinan besar meninggal akibat “sengatan panas yang berkaitan dengan kurangnya cairan dan asupan nutrisi serta kelelahan” setelah seharian beraktivitas sebagai pemandu.

PPI Belanda juga menyayangkan sikap pihak EO yang disebut tidak menemui keluarga almarhum saat tiba di Wina, bahkan tetap melanjutkan kegiatan mereka. Hal itu, menurut mereka, membuat keluarga merasa ada “indikasi menutup-nutupi” terkait aktivitas yang diikuti Athaya.

Atas dasar itu, PPI Belanda menolak pemanfaatan mahasiswa dalam kegiatan serupa tanpa adanya jaminan maupun mekanisme perlindungan yang jelas, serta menuntut adanya pertanggungjawaban dari pihak terkait atas wafatnya Athaya.

(Sumber: Antara)

x|close