Ntvnews.id, Jakarta - Perdana Menteri Qatar, Sheikh Mohammed bin Abdulrahman al-Thani, menegaskan bahwa upaya mediasi adalah bagian dari identitas negaranya dan tidak ada yang akan menghalangi peran tersebut, meskipun Israel menyerang para pemimpin Hamas di Doha pada Selasa, 9 September 2025.
Doha, bersama Kairo dan Washington, selama ini menjadi mediator utama antara Israel dan Hamas dalam konflik di Gaza.
“Qatar telah mengerahkan segala upaya dan akan melakukan apa pun untuk menghentikan perang di Gaza, tetapi untuk pembicaraan saat ini, saya tidak berpikir ada sesuatu yang valid setelah apa yang kami lihat dari serangan hari ini,” kata al-Thani dalam konferensi pers, dikutip dari Reuters, Rabu, 10 September 2025.
Baca Juga: Presiden Xi Jinping dan PM Mesir Mostafa Madbouly Bahas Kerja Sama di Tianjin
Ia menuding Israel merusak peluang perdamaian dengan keras mengkritik Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, yang menurutnya melakukan “terorisme negara.”
Netanyahu sebelumnya mengatakan serangan itu “sepenuhnya dibenarkan” dan diperintahkan setelah adanya serangan di Yerusalem serta tewasnya empat tentara Israel di Gaza.
Al-Thani juga menyebut pejabat Amerika Serikat baru memperingatkan Qatar tentang serangan Israel tersebut 10 menit setelah dimulai, dan menyebutnya sebagai tindakan “100% berkhianat.”
“Qatar berhak untuk merespons serangan terang-terangan ini dan akan mengambil semua langkah yang diperlukan,” ujarnya, seraya menambahkan bahwa tim hukum telah dibentuk untuk menangani respons negara Teluk itu terhadap serangan tersebut.
Baca Juga: Kapal Misi Freedom Flotilla ke Gaza Diserang Drone, Aktivis Sebut Aksi Terencana