Ntvnews.id, New York - Dalam pidatonya di Majelis Umum PBB, Selasa, 23 September 2025 di Markas Besar PBB di New York, Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, menyoroti apa yang ia sebut sebagai "kesepakatan dagang bersejarah" yang berhasil ia tandatangani setelah memperkenalkan kebijakan tarif global yang luas.
Trump secara spesifik menyebut Britania Raya sebagai negara pertama yang menandatangani kesepakatan besar dengan AS di bawah pemerintahannya. Selain itu, ia juga menyebutkan Uni Eropa, Jepang, Korea Selatan, Vietnam, dan "banyak, banyak lagi" negara lain yang turut serta dalam inisiatif dagang baru ini.
Ia kembali menegaskan salah satu narasi inti pemerintahannya dengan menyatakan, "Amerika dihormati lagi, seperti yang belum pernah dihormati sebelumnya." Kalimat ini mencerminkan keyakinannya bahwa kebijakan "America First" yang ia terapkan telah mengembalikan posisi AS sebagai kekuatan global yang dihormati.
Baca Juga: Di Sidang Umum PBB, Presiden Brasil Peringatkan 'Calon Otokrat' dan Kritik Kebijakan AS
Tidak hanya soal perdagangan, Trump dalam pidatonya juga menyentuh isu aliansi militer dan kemitraan strategis. Ia menyebutkan bahwa anggota-anggota NATO telah berkomitmen untuk meningkatkan anggaran pertahanan mereka sesuai permintaannya, dari 2% menjadi 5% dari PDB. Ini adalah salah satu tuntutan yang sering ia sampaikan kepada para sekutu AS.
Selain itu, Trump mengklaim bahwa AS telah berupaya memperkuat kemitraan dengan negara-negara di kawasan Teluk, seperti Arab Saudi, Qatar, dan Uni Emirat Arab (UEA).
Kemitraan ini, menurutnya, merupakan bagian dari upaya yang lebih luas untuk menstabilkan kawasan dan memajukan kepentingan AS di Timur Tengah. Pidato ini secara keseluruhan menggambarkan upaya Trump untuk menampilkan pencapaian-pencapaiannya di panggung dunia, baik dari segi ekonomi maupun diplomatik.