Ntvnews.id, Lima - Pemerintah Peru secara resmi mengumumkan pemutusan hubungan diplomatik dengan Meksiko awal pekan ini, setelah pemerintah Meksiko memberikan suaka politik kepada mantan Perdana Menteri Betssy Chavez yang sedang diselidiki atas dugaan keterlibatan dalam upaya kudeta pada tahun 2022.
“Hari ini kami terkejut dan sangat menyesalkan keputusan Meksiko memberikan suaka kepada Betssy Chavez, tersangka utama dalam upaya kudeta yang dilakukan mantan presiden Pedro Castillo,” kata Menteri Luar Negeri Hugo de Zela dalam konferensi pers di Lima, sebagaimana dikutip dari Reuters, Rabu, 5 November 2025.
“Atas tindakan tidak bersahabat ini, serta campur tangan berulang dari pemerintah Meksiko dalam urusan dalam negeri Peru, pemerintah memutuskan hubungan diplomatik dengan Meksiko,” ujarnya.
Baca Juga: Korban Banjir dan Tanah Longsor di Meksiko Bertambah Jadi 44 Orang
Menanggapi hal tersebut, Kementerian Luar Negeri Meksiko menyampaikan penyesalan atas keputusan Peru, namun menegaskan bahwa pemberian suaka kepada Chavez dilakukan sesuai dengan ketentuan hukum internasional.
“Meksiko menolak keputusan sepihak Peru yang berlebihan dan tidak proporsional terhadap tindakan sah pemerintah Meksiko yang sejalan dengan hukum internasional dan bukan merupakan intervensi,” demikian pernyataan resmi kementerian tersebut.
Presiden Peru, Dina Boluarte (BBC)
Ketegangan diplomatik antara Peru dan Meksiko telah meningkat sejak Desember 2022, ketika Presiden Pedro Castillo berupaya membubarkan Kongres Peru di tengah kebuntuan politik yang berkepanjangan.
Castillo, yang dikenal sebagai mantan guru pedesaan dan pemimpin serikat guru, kemudian ditangkap ketika berusaha menuju Kedutaan Besar Meksiko di Lima untuk mencari perlindungan.
Baca Juga: 2 Walikota Meksiko Tewas dalam Waktu Belum Genap Sepekan
Sebelumnya, Meksiko juga telah memberikan suaka politik kepada istri dan anak-anak Castillo, yang memicu kemarahan pemerintah Peru hingga akhirnya mengusir duta besar Meksiko serta menarik kembali duta besarnya dari Mexico City.
Betssy Chavez, yang saat itu menjabat sebagai perdana menteri, didakwa ikut terlibat dalam upaya kudeta tersebut dan kini dibebaskan dengan jaminan sambil menunggu proses persidangan.
Jaksa penuntut di Peru menuntut hukuman penjara 25 tahun bagi Chavez dan 34 tahun untuk Castillo. Namun, keduanya membantah seluruh tuduhan tersebut, dengan Castillo menegaskan bahwa dirinya “tidak pernah bermaksud melakukan pemberontakan terhadap negara.”
Mantan Presiden Peru Dina Boluarte memberikan sambutan dalam acara Indonesia-Peru Business Forum 2025 (Antara)